Diketahui, berdasarkan data Gugus Tugas Papua PPKK Fisipol Universitas Gadjah Mada, pelaku kekerasan di Papua paling banyak dilakukan oleh TPNPB-OPM selama 10 tahun terakhir, Kasus itu terjadi selama 2010 hingga 2020. Rincian kekerasan yang dilakukan TPNPB-OPM mencapai 118 kasus, TNI 15 kasus dan Polri 13 kasus. Korban meninggal dari tindak kekerasan tersebut sebanyak 356 orang, paling banyak korban dari masyarakat, TNI, dan Polri.
Anggota Komisi I DPR yang membidangi pertahanan, Rizki Aulia Natakusumah geram dengan sikap teroris Papua yang seenaknya main ancam. Menurutnya, ancam-mengancam seperti ini sudah sering dilakukan para teroris Papua. Korbannya, bukan hanya personil TNI-Polri, tapi masyarakat asli Papua.
“Aparat harus waspada, jaga keselamatan masyarakat yang ada di Papua dari segala gangguan kerusuhan dan teror yang selama ini mengintai dan bahkan telah terjadi,” imbuh Rizki saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.
Politisi Partai Demokrat itu berharap upaya aparat penegak hukum yang saat ini bertugas di Papua dapat membuahkan hasil yang positif. Sehingga situasi di Bumi Cendrawasih segera kondusif. “Kita semua ingin tanah Papua kembali menjadi wilayah yang damai, aman, dan tenteram,” doanya.
Kendati demikian, dia meminta tindakan tegas yang dilakukan aparat penegak hukum harus terukur. Bila perlu kedepankan pendekatan sosial budaya, psikologis, komunikasi, dan hal-hal lainnya yang bersifat humanis. “Ini penting supaya memenangkan hati dan pikiran masyarakat Papua,” sebutnya.
Desakan lebih tegas diucapkan Kresna Dewanata, anggota Komisi I DPR dari Fraksi NasDem. Dia meminta TNI-Polri bersikap lebih tegas menindak teroris Papua. Apalagi setelah penyematan teroris dari pemerintah.
“TNI-Polri dan BIN bisa lebih tegas dalam menindak para teroris tersebut,“ terang Kresna.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: