Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di ASEAN, Tanggal 2 Mei Jadi Hari Paling Berdarah Setelah Insiden Ini Terjadi

Di ASEAN, Tanggal 2 Mei Jadi Hari Paling Berdarah Setelah Insiden Ini Terjadi Para pengunjuk rasa di Myanmar memoles jalan dengan cat merah untuk menunjukkan penindasan berdarah militer. | Kredit Foto: AFP
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) melaporkan, total 765 orang tewas dalam demonstrasi menentang kudeta militer selama 1 Februari-2 Mei 2021.

Kelompok masyarakat sipil tersebut melaporkan tambahan enam orang tewas, yang terdiri dari lima orang tewas pada 2 Mei 2021, dan satu orang lainnya tewas pada 1 Mei 2021.

Baca Juga: Serangan Udara Gagal, Helikopter Junta Myanmar Lebih Dulu Dilumpuhkan Pemberontak

AAPP tak merinci di mana keenam orang tersebut tewas.

“Hari ini (2 Mei 2021) adalah hari paling berdarah sejak pertemuan ASEAN, setidaknya lima warga sipil tewas terbunuh dalam satu hari,” kata AAPP dalam laporannya, Minggu malam.

AAPP juga melaporkan sebanyak 3.555 orang ditahan, di mana 82 orang di antaranya dijatuhi hukuman.

Menurut AAPP, pasukan junta menindak aksi demonstrasi menentang kudeta dan menangkap warga sipil di berbagai kota, seperti Mandalay, Yangon, Sagaing, dan Mogaung.

Pasukan junta, kata AAPP, kini mengenakan pakaian bebas serta membawa senjata tempur ketika menangkap demonstran agar sulit dikenali oleh warga sipil.

AAPP mengungkapkan, pasukan junta melepaskan tembakan saat orang-orang berkumpul untuk memulai aksi protes di Kota Wetlet, daerah Sagaing. Akibat kejadian itu, menurut AAPP, dua laki-laki tewas ditembak dan delapan orang lainnya terluka.

Pasukan junta juga dilaporkan menindas aksi unjuk rasa di Hpakant, Negara Bagian Kachin, dengan peluru tajam, ranjau, serta granat tangan. Menurut AAPP, seorang laki-laki tewas ditembak serta lebih dari 20 orang terluka dari serangan tersebut.

AAPP mengungkapkan, pasukan junta menggerebek panti asuhan perempuan di Kotapraja Tamwe, wilayah Yangon, pada Sabtu malam. Menurut AAPP, para perempuan muda yang tinggal di tempat penampungan tersebut dibawa keluar satu per satu, tetapi belum ada konfirmasi mengenai penangkapan tersebut.

“Perempuan menderita ketidakamanan, baik secara mental dan fisik,” tulis AAPP.

Sebelumnya, pada 24 April 2021, pemimpin negara-negara anggota ASEAN menyepakati konsensus berisikan lima poin terkait krisis di Myanmar sebagai hasil dari pertemuan di Jakarta.

Salah satunya menghentikan kekerasan di Myanmar dan meminta semua pihak harus menahan diri. ASEAN juga meminta dimulainya dialog konstruktif antara semua pihak yang berkepentingan untuk mencari solusi damai demi kepentingan rakyat Myanmar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: