Salut, Peneliti Asing Kagum atas Langkah Cepat Indonesia Laporkan Nanggala-402 Hilang
Kapal selam terus menangkap imajinasi perencana Angkatan Laut dan masyarakat umum. Mereka dipandang sebagai pengganda kekuatan, terutama untuk militer yang lebih lemah, yang berfungsi sebagai lawan asimetris untuk musuh yang lebih kuat.
The "Silent Service", demikian julukan pasukan kapal selam, dianggap elit dari Angkatan Laut mana pun, yang merupakan pencegah masa damai yang signifikan dan kemampuan tempur. Selama beberapa dekade, ketika Asia Tenggara memulai serentetan proliferasi kapal selam, telah ada peringatan tentang potensi kemungkinan insiden.
Baca Juga: Pembaca Puisi di Malaysia Akan Gelar Acara Baca Puisi untuk Nanggala-402
Sebelum insiden KRI Nanggala-402 , kecelakaan kapal selam terbaru terjadi pada bulan Februari di Asia Timur Laut, ketika kapal selam Jepang Soryu menggores lambung kapal komersial di Samudra Pasifik, saat muncul ke permukaan di Shikoku.
Kebetulan, saat kapal selam mengalami kerusakan, termasuk pemadaman komunikasi, dan tiga anggota awak terluka, kapal itu kembali dengan selamat ke pangkalan.
Kapal selam Indonesia KRI Nanggala tidak seberuntung itu. Insiden KRI Nanggala-402 adalah kecelakaan kapal selam pertama di Asia Tenggara.
Menurut Collin Koh, peneliti di Institute of Defense and Strategic Studies, unit konstituen dari S Rajaratnam School of International Studies, bagi Indonesia, tanggapan mereka cepat dan tegas.
Menyadari keterbatasan sumber dayanya, militer Indonesia segera mencari bantuan asing melalui saluran International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO).
Ini meminta pengaturan antara Angkatan Laut Republik Singapura dan Angkatan Laut Indonesia Mengenai Dukungan dan Kerja Sama Penyelamatan Kapal Selam yang ditandatangani pada tahun 2012.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: