Energi yang dikonsumsi oleh penambangan kripto (proses yang membuat blockchain Bitcoin tetap berjalan) telah menjadi topik diskusi yang semakin populer dalam beberapa minggu terakhir.
Pada hari Jumat, CNBC memposting wawancara dengan CEO SUKU Yonathan Lapchik yang menjelaskan adegan penambangan Bitcoin yang berkaitan dengan energi terbarukan. Pewawancara mencatat Lapchik sebelumnya mengklaim bahwa 75% penambangan Bitcoin berasal dari energi terbarukan.
Baca Juga: Bukan Main, Potensi Perdagangan Aset Kripto Capai Rp1,7 Triliun Perhari
“Kami pikir 75% adalah angka yang sebenarnya,” kata Lapchik kepada CNBC, dikutip dari Cointelegraph, Senin (16/5/2021).
“Para penambang benar-benar didorong untuk menggunakan energi terbarukan,” lanjutnya.
Mengalihkan pikirannya ke pembuat mobil listrik Tesla, yang baru-baru ini mengumumkan tidak akan lagi menerima Bitcoin untuk pembelian karena untuk masalah lingkungan, Lapchik berkata "Mengejutkan bahwa Elon tidak mempertimbangkan hal itu sebelum masuk ke luar angkasa, sebelum menerima Bitcoin sebagai mekanisme pembayaran untuk Tesla."
Tesla membuka pintunya untuk pembayaran melalui Bitcoin oleh klien Amerika Serikat pada bulan Maret. Langkah ini go public setelah perusahaan mobil membeli BTC senilai $ 1,5 miliar (Rp21,2 triliun), yang diumumkan pada bulan Februari.
Musk, bagaimanapun, baru-baru ini menyatakan ketidaksetujuan terhadap energi bahan bakar fosil yang diminta oleh penambangan Bitcoin, melalui sebuah Tweet pada hari Rabu.
“Dari dulu memang seperti itu,” kata Lapchik tentang 75% angka tersebut.
“Kami telah membuktikan berulang kali bahwa itu adalah kasus nyata bagi para penambang di jaringan Bitcoin,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: