Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mendalami Peristiwa Pemberontakan Palestina, Ada Campur Tangan Inggris hingga Ottoman

Mendalami Peristiwa Pemberontakan Palestina, Ada Campur Tangan Inggris hingga Ottoman Kredit Foto: Instagram/Middle East Eye

Otoritas Inggris memberlakukan undang-undang yang memungkinkan penyitaan tanah Palestina untuk tujuan militer yang nantinya diserahkan kepada penduduk Yahudi. Dampak sosial dan ekonomi dari kebijakan Inggris adalah banyak dari warga Palestina yang diusir dari desa dan dikenakan pajak tinggi untuk produksi pertanian. Sedangkan mereka yang tinggal di pusat kota harus hidup dalam kemiskinan. Situasi ini mengakibatkan pemogokan massal pada 1936.

Pada 19 April 1936, Komite Nasional Arab yang baru dibentuk di Nablus meminta warga Palestina untuk melancarkan pemogokan massal, menahan pembayaran pajak, dan memboikot produk-produk Yahudi. Mereka memprotes kolonialisme Inggris dan meningkatnya imigrasi Yahudi.

Beberapa hari sebelumnya, warga Palestina membunuh dua orang Yahudi di dekat Tulkarem yang menyebabkan lonjakan permusuhan antara orang Yahudi dan Palestina. Pada 25 April, komite nasional lokal bersatu membentuk Komite Tinggi Arab yang dipimpin oleh Mufti Agung Yerusalem Amin Husseini. Komite tersebut kemudian menjadi badan politik yang mengadvokasi orang-orang Palestina di bawah Mandat Inggris.

Gerakan itu terkenal karena mencakup sebagian besar masyarakat Palestina. Kampanye solidaritas juga  muncul di Timur Tengah, di kota-kota seperti Kairo, Beirut, dan Damaskus. Sebagian besar penduduk Palestina adalah petani yang dapat membantu mempertahankan pemogokan. Sayangnya, pasukan Inggris menekannya.

Otoritas Inggris mulai menangkap siapa pun yang dicurigai bertanggung jawab atas gerakan tersebut. Sementara itu, mereka tetap melanjutkan penghancuran rumah warga Palestina yang dilakukan oleh Israel. Pada saat yang sama, Inggris bekerja dengan dan melatih milisi Zionis seperti Haganah untuk menumpas kerusuhan Palestina.

Komite Tinggi Arab pada November 1936 mendesak warga Palestina untuk membatalkan pemogokan. Mereka mengatakan agar warga Palestina percaya bahwa Inggris akan melaksanakan tuntutan mereka yang sampai sekarang tidak pernah dipenuhi.

Dilansir MEE, Rabu (19/5/2021), pemogokan massal berlangsung selama enam bulan yang kemudian dikenal sebagai Pemberontakan Arab dari tahun 1936 sampai 1939. Selama tiga tahun, terjadi perlawanan senjata terhadap Inggris. Pasukan Inggris mengirim lebih dari 20 ribu tentara ke Palestina untuk menyelesaikan pemberontakan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: