Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Entahlah, Uni Eropa Terus Cari-Cari Alasan Hambat Sawit Indonesia

Entahlah, Uni Eropa Terus Cari-Cari Alasan Hambat Sawit Indonesia Kredit Foto: Instagram/Jerry.sambuaga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hambatan yang dilakukan Uni Eropa terhadap produk minyak kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu bentuk diskriminasi yang tidak dapat diterima. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menilai, sikap Uni Eropa mengenai sawit Indonesia tidak konsisten dengan prinsip dasar fair and free trade.

Menurut Jerry, Uni Eropa terkesan terus mencari-cari alasan untuk menghambat masuknya produk sawit ke kawasan Benua Biru tersebut. Alasan yang digunakan pun sering kali tidak ilmiah sehingga disinyalir hanya merupakan upaya untuk menghindar dari persaingan pasar yang adil.

Baca Juga: Konsep Fair Trade Uni Eropa Soal Sawit Diragukan

"Kami berharap Uni Eropa jujur dan punya sikap ilmiah dalam berargumen. Dengan begitu, argumen yang disampaikan objektif. Kalaupun mereka akhirnya kalah berargumen dengan kita, ya harus diterima secara objektif juga," ungkap Jerry melalui keterangan tertulis, Sabtu (22/5/2021).

Menurutnya, dasar berpikir Uni Eropa telah salah khususnya dalam implementasi parameter-parameter mengenai lingkungan. Selain itu, Uni Eropa cenderung melihat secara parsial dan tidak melihat proses sejarah dengan baik dalam penggunaan lahan.

"Misalnya, Indonesia dilarang menggunakan lahan hutan produksi untuk kelapa sawit. Kritikan dan larangan itu dilakukan saat ini di saat hutan mereka sendiri sudah dibabat di masa lalu. Artinya, mereka sendiri tak mempermasalahkan hutan mereka yang tinggal sedikit sebagai bahan komparasi ketika melihat hutan Indonesia," tutur Jerry.

Jerry menegaskan, Indonesia berhak untuk mengalokasikan sumber-sumber daya sesuai dengan kerangka kebijakan yang dimiliki Indonesia sendiri. Sebab, itu merupakan bentuk kedaulatan ekonomi Indonesia.

Apalagi, dalam menyusun kebijakan ekonomi dan pembangunan, Indonesia sudah mempunyai berbagai pertimbangan multisektor termasuk dalam isu lingkungan, sosiologis dan kesehatan. Artinya, Indonesia tidak menetapkan kebijakan secara parsial dan pasti sudah mempertimbangkan kondisi riil alam dan masyarakat. Oleh karena itu dikatakan Jerry, setiap pihak dalam perdagangan internasional harus berkomitmen pada konsep fair trade.

Seperti diketahui, kelapa sawit menjadi salah satu komoditas terpenting dalam perdagangan luar negeri Indonesia. Gapki mencatat, pada tahun 2020, pendapatan devisa Indonesia dari minyak kelapa sawit rata-rata sekitar US$20 miliar setiap tahunnya. Selain itu, kelapa sawit juga berdampak positif dalam perspektif trickledown effect karena banyaknya industri yang terkait di dalamnya. Namun, Uni Eropa mempermasalahkan produk kelapa sawit Indonesia, khususnya biodiesel karena dituding melanggar ILUC dan REDD+.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: