Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Loyalty Marketing?

Apa Itu Loyalty Marketing? Kredit Foto: Unsplash/William Iven
Warta Ekonomi, Jakarta -

Program loyalty marketing bukanlah hal yang baru. Faktanya, strategi pemasaran ini sudah ada dalam berbagai publikasi sejak tahun 1700-an. Namun, mungkin dengan diperkenalkannya Box Tops pada tahun 1929 (kupon yang dicetak pada kemasan produk dan dapat ditukar dengan hadiah), loyalty marketing benar-benar mulai mendapatkan daya tarik secara komersial dan menangkap imajinasi publik yang lebih luas. 

Di tahun 80-an salah satu program loyalty marketing yang paling terkenal telah diciptakan, yaitu Frequent Fliers. Melihat bagaimana skema ini dapat mendorong kesuksesan bisnis penerbangan, retailer mulai mengadopsi model loyalitas semacam. Ini adalah program yang memberikan poin terlepas dari retailer tempat mereka diperoleh. Pada tahun 90-an, skema loyalitas retail berbasis kartu juga populer untuk menerapkan loyalitas pada sebuah perusahaan terhadap bisnis tertentu.

Baca Juga: Apa Itu Direct Marketing?

Meskipun banyak dari program loyalty marketing di tahun 90-an sekarang tampak seperti kemunduran, pentingnya loyalitas brand dalam pemasaran modern tidak boleh diremehkan. Sebuah brand yang menjalankan program loyalty marketing bisa memberikan kontribusi pendapatan sebesar 12 hingga 18% lebih banyak per-tahun dibandingkan rata-rata pelanggan tamu.

Mari Mengenal Apa Itu Loyalty Marketing

Loyalty marketing adalah strategi yang mendorong pelanggan Anda untuk melakukan bisnis secara berulang dengan perusahaan Anda, lagi dan lagi. Strategi ini melibatkan pemberian insentif pada setiap pembelian dan membangun loyalitas pelanggan tetapi ini merupakan strategi yang lebih spesifik dan tidak bisa berjalan dalam hitungan menit.

Mendapatkan Pelanggan Itu Sulit dan Sangat Mahal

Menurut Forrester Research, jika dihitung secara nominal maka mendapatkan pelanggan baru sangat mahal, sekitar lima kali lipat dari mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

Pikirkan semua langkah yang perlu Anda ambil sebelum calon pelanggan memutuskan untuk membeli produk dari Anda. Anda juga harus membuat mereka sadar bahwa brand Anda itu ada, memberi tahu mereka apa yang sedang Anda lakukan, dan menjelaskan mengapa Anda melakukannya dengan lebih baik daripada merek lain. Kemudian Anda harus meyakinkan mereka untuk mengambil langkah pertama dalam memeriksa situs web Anda. Setelah itu, Anda harus bisa memberi mereka kesan yang positif dan memberikan alur desain pengguna yang mulus untuk membantu mempermudah pembelian.

Sekarang, bayangkan Anda mencoba meyakinkan pelanggan yang sudah ada untuk membeli dari Anda lagi. Anda dapat dengan mudah melewati sebagian besar langkah untuk mengedukasi mereka tentang apa itu brand Anda. Karena mereka sudah mengenal brand Anda dan memiliki pengalaman langsung dengan produk yang Anda buat, maka Anda dapat langsung memberi mereka penawaran yang bagus.

Saat membandingkan biaya akuisisi pelanggan, atau CAC, pelanggan baru dengan pelanggan yang sudah ada, jelas bahwa fokus pada pelanggan yang sudah ada lebih masuk akal secara finansial.

Tentu saja, bisnis tidak dapat bertahan hanya dengan pelanggan yang ada. Namun demikian, jika Anda belum memiliki strategi loyalitas pelanggan yang solid, sebaiknya Anda meluangkan lebih banyak upaya untuk memikirkannya.

Apa Manfaat dari Loyalty Marketing?

Loyalty marketing bertujuan untuk mempertahankan pelanggan yang bernilai tinggi. Pelanggan yang kembali secara teratur akan membelanjakan uangnya lebih banyak dan menghasilkan transaksi yang lebih besar daripada pembeli musiman. Bagi seorang pelanggan, biasanya transaksi kelima bernilai 40% lebih besar dari pada pembelian pertama mereka.

Loyalty marketing memungkinkan Anda mengumpulkan sejumlah besar data tentang pembeli Anda. Hal ini memungkinkan Anda untuk memberikan pengalaman belanja yang superior dan lebih personal. Sekitar 65% pelanggan mengatakan mereka termotivasi untuk membeli ketika mereka menerima penawaran yang telah dipersonalisasi. Sebanyak 61% orang mengatakan hal yang sama tentang rekomendasi produk yang sudah dipersonalisasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: