Baca Juga: Vaksinasi Lansia, Upaya Menjaga dan Sayangi Orang Tua
Baca Juga: Permusuhan SBY dan Megawati Belom Kelar, PDIP Gak Sudi Rangkulan Sama Demokrat dan PKS
Tidak hanya Ganjar. Sebelumnya, sebut Hasto, Jokowi, Ahok, Risma dan calon-calon pemimpin dari PDIP di setiap kontestasi juga pernah melewati dialektika seruoa di internal. “Tapi kita punya kultur dalam menyikapi dialektika itu,” tegasnya.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai sikap mengalah yang ditunjukkan Ganjar memang sudah semestinya. Karena selaku kader PDIP, jebolan magister ilmu sosial dan politik Universitas Indonesia itu tak punya pilihan lain.
“Ganjar mungkin tahu diri. Tahu kultur di PDIP. Tak boleh posisinya menyalip bosnya,” kata Ujang, tadi malam.
Ia menduga ada adagium: sesama bus kota, tidak boleh saling mendahului, berlaku di Partai Banteng. Tidak boleh ada yang melampaui bosnya dalam hal politik maupun elektabilutas.
“Jika ada, maka akan dihajar. Nah saat ini lah hal tersebut yang terjadi pada Ganjar,” imbuhnya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review itu melihat Ganjar tak mau berkonfrontasi dengan Puan dan PDIP. Karena Ganjar sangat paham jika dia melawan atau bermusuhan, akan tamatlah karir politiknya di PDIP. Maka puja-puji Puan pada akhirnya adalah sebuah keniscayaan.
“Tak ada jalan dan tak ada pilihan bagi Ganjar, selain berbaik-baikan dengan Puan,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih