Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dirayu-rayu Nyapres di 2024, Masa Sih Megawati Masih Mau Lagi?

Dirayu-rayu Nyapres di 2024, Masa Sih Megawati Masih Mau Lagi? Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A

Di Pilpres 2014, sebenarnya Mega punya kesempatan untuk maju lagi. Apalagi saat itu, SBY sudah tidak bisa nyalon lagi karena sudah dua periode. Namun, Mega menyadari saat itu bukan eranya lagi. Sebab, elektabilitasnya juga kecil. Mega memilih menjadi King Maker dengan mendorong Jokowi.

Saat ini, kondisi Mega mirip-mirip dengan 2014. Elektabilitas kecil. Bahkan, di banyak survei, elektabilitas Mega tidak tertangkap radar. Dengan kondisi ini, apa Mega bisa tergoda?

Politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan, pembahasan soal capres PDIP sepenuhnya ada di tangan Mega. Hal itu sudah disepakati oleh semua kader se-Nusantara. Soal usulan ini, dia menyerahkan sepenuhnya ke Mega.

“Saya tidak dalam kompetensi dan kapasitas menjawab. Tapi, saya yakin semua usulan akan dicatat. Apakah bermanfaat atau tidak, tentu ada di kewenangan preogratif Ketua Umum kami, Ibu Megawati,” katanya, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

 

Sebagai kader partai, anggota Komisi XI DPR itu mengaku hanya mendapat tugas untuk terus mendekati dan sering turun di tengah masyarakat. Di luar itu, bukan tugasnya. Apalagi sampai cawe-cawe memikirkan capres.

“Kami diberi tugas melakukan tugas-tugas kedewanan. Sesuai teori ekonomi, memaksimalkan produktivitas,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman berpandangan, semua peluang masih terbuka dalam pembahasan Pilpres 2024. Termasuk adanya usulan untuk kembali menduetkan Mega dengan Prabowo, seperti pada Pilpres 2009. “Usulan dari masyarakat kita tampung, kita pikirkan," ujar Habiburokhman di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, kemarin.

Dia pun mengulas tentang pertemuan antara Prabowo dengan Mega saat mengesahkan patung Soekarno di halaman Gedung Kementerian Pertahanan. Menurutnya, hal itu merupakan sinyal positif sebagai bentuk sinergi tokoh dalam menyelesaikan permasalahan bangsa.

"Ada dua kekuatan politik yang besar Pak Prabowo di belakangnya Gerindra, Bu Mega di belakangnya PDIP, bersatu. Akrab itu positif sekali," ujar Habiburokhman.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: