Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Satu Pisang di Negeri Kim Jong-un Dihargai Rp100 Ribu, Situasi Pangan Kian Sulit!

Satu Pisang di Negeri Kim Jong-un Dihargai Rp100 Ribu, Situasi Pangan Kian Sulit! Kredit Foto: AP Photo/KCNA
Warta Ekonomi, Canberra, Australia -

Pemimpin tertinggi Korea Utars (Korut) Kim Jong-un mengakui negaranya tengah mengalami kelangkaan sembako. Krisis pangan tersebut, menurutnya, terjadi akibat pandemi Covid-19 dan akibat cuaca ekstrem.

“Pasokan makanan makin sulit akibat banjir panjang dan topan,” pengakuannya dalam pertemuan dengan pejabat senior partai berkuasa, Selasa lalu (15/6/2021).

Baca Juga: Mengkhawatirkan, Kim Jong Un Bilang Situasi Pangan di Korut Menegang karena...

Jarang bagi Kim mengakui masalah di negara yang dia pimpin. Sebelumnya para ahli sudah memperingatkan Kim bahwa pasokan makanan hampir habis, namun ditepisnya. Kim Jong-un dengan percaya diri menyatakan ekonomi Korea Utara telah menunjukkan perbaikan secara keseluruhan.

Kelangkaan pangan membuat harga makanan melambung. Harga sebuah pisang di Korut bisa mencapai Rp 100 ribu. Kepada BBC, Kamis (17/6/2021), Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) di Korea Utara, Tomas Ojea Quintana mengungkapkan, ekonomi Korut merosot akibat pandemi.

Perdagangan dengan China turun drastis hingga 90 persen sejak Maret lalu. Terpaan bencana dan pandemi Covid-19 memaksa Korut menutup akses perbatasan di negaranya. Negeri komunis itu pernah mengalami kekurangan pangan pada 1990-an. Akibat masalah itu, ratusan ribu warga Korut yang kelaparan, meninggal dunia.

Bantu Pyongyang

Awal bulan ini, Dewan Keamanan PBB disarankan mempertimbangkan mencabut sanksi terhadap Korut karena negara itu berpotensi mengalami bencana kelaparan.

Institut Pengembangan Korea, lembaga think tank di Seoul, mengatakan, Korut diperkirakan kekurangan 1,35 juta ton makanan tahun ini. Padahal setiap tahunnya, Korut membutuhkan sekiar 5,75 juta ton makanan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: