Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Disebut Penjajah, Pemerhati Isu Strategis Buka Suara: Itu Memutarbalikan Sejarah

Indonesia Disebut Penjajah, Pemerhati Isu Strategis Buka Suara: Itu Memutarbalikan Sejarah Kredit Foto: Istimewa

Playing victim

Bagi Imron, kalangan orang-orang seperti Socrates adalah mereka yang terperangkap masa lalu. Untuk Socrates, kata Imron, ia bahkan tak hanya terperangkap masa lalu Papua, tetapi juga Teologi Pembebasan yang sudah using. Teologi pembebasan yang digagas tokoh gereja Gustavo Guierrez Merino, di Peru pada 1970-an itu sudah terbukti gagal mengubah “political landscape” wilayah Amerika Latin. 

“Terbukti, teologi itu bukan sebuah solusi,” kata Imron. 

Dalam hal ini, menurut Imron, Pendeta Socrates bahkan mencoba memanipulasi sentiment kesukuan, atau mungkin ras bahwa orang asli Papua (OAP) terjajah, terpinggirkan, dan diperlakukan secara diskriminatif. 

Padahal, kata Imron, Undang-Undang No.: 11/2001 Tentang Otonomi Daerah (Tanah Papua), praktis memberi banyak peluang dengan mengalokasikan seluruh jabatan-jabatan strategis kepemerintahan secara eksklusif kepada OAP. “Sementara menutup peluang bagi para pendatang untuk berkompetisi secara bebas guna mengisi jabatan-jabatan dimaksud, berdasarkan prinsip meritokrasi yang sehat,” kata dia.

Dengan begitu, sejatinya orang-orang Non-OAP justru terdiskriminasikan di Tanah Papua atas nama kredo “Papua Untuk Papua”. Sementara OAP tetap memiliki peluang untuk berkompetisi dan berkarya di seluruh wilayah NKRI. 

Sebagai pemungkas, Imron menyarakankan Socrates untuk membuang mentalitas “inlander” peninggalan negara kolonial Belanda, dan meninggalkan Teologi Pembebasan yang terbukti banyak menimbulkan kegagalan tersebut. “Dengan cara itu sebagai cendikiawan, Pendeta Socrates S. Yoman akan menjadi pelita sesungguhnya bagi umatnya di Tanah Papua, untuk melangkah tegar menuju Indonesia Emas pada tahun 2045,” kata Imron.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: