Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mendalami Permasalahan Pelik Korut: Blokade Jalur China, Krisis Pangan, hingga Tolak Vaksin Asing

Mendalami Permasalahan Pelik Korut: Blokade Jalur China, Krisis Pangan, hingga Tolak Vaksin Asing Kredit Foto: AP Photo/KCNA
Warta Ekonomi, Beijing -

Korea Utara (Korut) tetap membulatkan sikapnya untuk tidak membuka perbatasan dengan China demi menangkal penyebaran virus corona atau Covid-19. Namun, langkah tersebut membuka kekhawatiran baru karena warga negara Kim Jong-un tidak dapat menerima bantuan makanan atau vaksinasi dalam waktu dekat.

Menurut sebuah sumber diplomatik, Kim telah menyerukan persatuan warganya untuk mengatasi kesulitan terkait pandemi dengan membangun ekonomi mandiri. Tapi di sisi lain, dia mungkin berada dalam dilema serius, terkait mengakhiri blokade perbatasan.

Baca Juga: Kim Jong-un Pamer Band Favoritnya, Alat Propaganda atau Beneran Punya Karya?

Dalam laporan Kyodo News, Senin (12/7/2021), jika Korut melanjutkan perdagangannya dengan China, virus corona dimungkinkan dapat menyebar di negara itu.  Akan tetapi jika terus menangguhkan bisnis dengan sekutu terdekat dan paling berpengaruhnya dalam hal ekonomi, Korut akan terpaksa menyerah untuk mendapatkan pasokan penting.

Dengan Kim sejauh ini berjanji untuk memperkuat langkah-langkah anti-epidemi, Korut tidak mungkin memulai kembali perdagangan dengan China dalam waktu dekat. Ini tampaknya mengecewakan warganya, banyak dari mereka ingin memperoleh persediaan dan vaksin, kata sumber tersebut.

Kyodo News mengatakan, jika Kim gagal mengatasi situasi dengan baik, frustrasi akan terpendam di antara warga negara. Dalam skenario terburuk, kondisi tersebut "dapat membahayakan" dinasti keluarganya yang telah berlanjut sejak Korut didirikan pada tahun 1948.

"Untuk menghindarinya, Kim, sebagai pemimpin tertinggi, telah berusaha membuatnya terlihat seperti dia sangat ingin menerobos status quo," tambah sumber tersebut.

Korut mengklaim tidak ada kasus infeksi yang ditemukan di dalam negeri. Langkah itu sejalan dengan memutus lalu lintas darat menuju dan dari tetangganya sejak awal tahun lalu di tengah kekhawatiran bahwa virus itu, yang pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di China tengah pada akhir 2019, dapat memasuki negara.

Pembatasan lalu lintas telah menghambat perdagangan Korut dengan China, memberikan pukulan telak bagi ekonomi yang lebih luas. Karena Korut bergantung pada China untuk lebih dari 90 persen perdagangannya, warganya diyakini tidak dapat menerima kebutuhan sehari-hari yang cukup.

Meskipun Korut dan China menandai peringatan 60 tahun perjanjian persahabatan, kerja sama, dan bantuan timbal balik mereka pada Minggu (11/7/2021) kemarin, kedua negara telah menunjukkan sedikit tanda untuk mempromosikan negosiasi tentang apakah akan membuka kembali perbatasan mereka.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: