Mendalami Permasalahan Pelik Korut: Blokade Jalur China, Krisis Pangan, hingga Tolak Vaksin Asing
Selain kelesuan yang berkepanjangan dalam bisnis dengan China, kehancuran pertanian yang disebabkan oleh topan yang kuat dan banjir tahun lalu telah menyebabkan kekurangan pangan. Partai Buruh yang berkuasa di Korut telah mengakui negara itu telah mengalami "krisis pangan."
Salah satu sumber diplomatik mengatakan Kim sekarang memiliki sedikit cara untuk mengetahui kondisi nyata di Korut, terutama di daerah di luar ibu kota Pyongyang, tetapi orang-orang di daerah pedesaan "pasti berada dalam keadaan yang kejam."
Baca Juga: Kim Jong-un Keras! Korut Bentuk Gugus Tugas Pemantau dan Penindak Penimbun Makanan
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan bahwa Korut menghadapi kesenjangan pangan yang belum terungkap sekitar 860.000 ton, "setara dengan sekitar 2,3 bulan penggunaan makanan."
“Jika kesenjangan ini tidak cukup ditutupi melalui impor komersial dan/atau bantuan pangan, rumah tangga dapat mengalami masa sulit dari Agustus hingga Oktober,” tambah sumber anonim itu.
Pada pertemuan partai yang berkuasa pada bulan Juni, Kim menyuarakan keprihatinan atas situasi pangan Korut. Perkataan Kim itu "menjadi tegang" bagi rakyat dan menginstruksikan pejabat partai untuk mengambil langkah-langkah "positif" untuk menyelesaikan masalah tersebut, menurut kantor berita pemerintah, Korean Central News Agency atau KCNA.
Kim juga berjanji untuk memasok makanan bergizi untuk semua anak di seluruh negeri dengan biaya negara, KCNA melaporkan.
Di kota Dandong di timur laut China, kantor bea cukai di dekat sungai perbatasan dengan Korut telah ditutup secara efektif. Restoran dan toko yang dikelola oleh orang Korea di sekitar kantor telah ditutup, karena perdagangan dengan negara tetangga telah terhenti.
Melihat sebuah kota di Korut dari Dandong, penduduk sedang mengolah ladang yang luas dengan cangkul pada bulan Juni. Mekanisasi pertanian belum membuat banyak kemajuan dan pupuk tidak mencukupi, menunjukkan produktivitas pangan tidak akan segera membaik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto