Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keren Banget! Pengusaha Ini Rela Makan Mie Instan Tiap Hari dalam Setahun Demi Modal Awal Bisnis!

Keren Banget! Pengusaha Ini Rela Makan Mie Instan Tiap Hari dalam Setahun Demi Modal Awal Bisnis! Kredit Foto: YouTube/Hermanto Tanoko
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pendiri Utomodeck Metal Works, Darmawan Utomo adalah pengusaha yang sangat gigih dan luar biasa. Pria asal Surabaya ini berhasil mendirikan perusahaan yang bergerak pada proyek atap berukuran besar dengan menggunakan teknologi modern hingga menjadi mesinnya termasuk yang terbesar di dunia.

Tak hanya menjadi pengusaha, Darmawan Utomo juga menjadi konsul kehormatan negara Republik Belarus di Eropa, negara yang merupakan pecahan dari Uni Soviet.

Darmawan bercerita dalam video YouTube Hermanto Tanoko yang bertajuk "SETAHUN MAKAN MIE INSTAN UNTUK MODAL AWAL UTOMO DECK!! Darmawan Utomo - Hermanto Tanoko (Part 1)" bahwa negara Indonesia biasa ekspor karet ke Belarus untuk dijadikan ban. Lalu, pesawat Sukhoi yang digunakan tentara Indonesia juga biasa 'servis' di Belarus.

Baca Juga: Budi JVS dari Pembalap Kini Sukses Jadi Pengusaha Vape

Meski sibuk sebagai pengusaha, Dermawan mengaku ia akan tetap menyisihkan waktu untuk negara dengan menjadi konsul kehormatan Belarus.

Bisnis yang dijalani Darmawan dimulai pada tahun 1976. Sebelumnya, ia bekerja di perusahaan orang lain selama 1,5 tahun sejak tahun 1974 di Jakarta. Darmawan mengaku, ia mendapatkan gaji yang sedikit sehingga harus makan mie instan SuperMie setiap pagi hari selama satu tahun karena ingin hemat. Malamnya, Darmawan membeli ketoprak untuk makan. Ia mengaku berhemat untuk mengumpulkan uang sebagai modal awal dan cikal bakal perusahaannya yang sekarang, Utomodeck.

Ide bisnisnya pun ia dapatkan saat bekerja di Jakarta. Ia melihat jarang sekali perusahaan yang bisa membuat atap dari seng berukuran besar. Bisnisnya pun dimulai dengan tenaga manual dan sewa kantor. Karyawannya juga tak sampai 10 orang.

Karena itu, Darmawan biasa mengambil proyek borongan. Ia juga sering terkena keluhan tetangga akibat genset yang berisik. Lambat laun, mulailah Darmawan dengan mesin pembuat atap gelombang. Mesin pertamanya juga buatan sendiri dibantu oleh kakaknya.

Setelah dua tahun berjalan, perusahaannya pun sudah mulai memegang proyek skala besar. Alhasil, pertumbuhan perusahaannya juga besar dan Darmawan mengaku saat itu ia sudah kaya meski harus berhemat dahulu dengan makan mie instan setiap hari.

Meski pada tahun 1978 terjadi devaluasi, perusahaannya sama sekali tidak terdampak. Ini karena bisnisnya adalah pioneer dari pembuatan atap besar berteknologi tinggi. Sehingga, Darmawan tidak memiliki pesaing dan pertumbuhan perusahaannya sangat cepat. Mesin borongannya pun menjadi mesin terbesar di dunia.

Darmawan sudah mengerjakan proyek dari Aceh hingga Papua. Bahkan, ia juga pernah mengerjakan proyek di Makau mulai dari lapangan bola, bowling, dan lain sebagainya. Darmawan juga berhasil mendapatkan Rekor Dunia dengan atap terpanjang lebih dari 200 meter pada tahun 2013.

Ia mengaku pembuatannya pun tidak mudah. Semuanya berawal dari impian, barulah segala keinginannya tercapai berkat kerja kerasnya. Selain rekor dunia, Darmawan juga banyak mengantongi rekor muri dan berbagai pengharagaan dari Kementerian Perindustrian untuk teknologi.

"Jadi, orang harus punya impian, kalau tidak punya impian, ya nanti apa yang mau dibuat," ujar Darmawan.

Lebih lanjut, Darmawan mengaku ia sudah membuat kurang lebih 10 paten teknologi dengan jangka waktu 20 tahun.

"Kalau punya paten, kita tidak takut dengan perusahaan besar," ujar Darmawan.

Darmawan mengungkap bahwa paten juga bisa membuat pemiliknya kaya. Ini karena pemerintah menjaga dalam payung hukum bahwa teknologi tersebut tidak boleh ditiru selama 20 tahun. Dengan petan juga bisa mengangkat derajat hidup keluarga.

"Tidak usah yang ribet-ribet, kamu punya masalah apa di lapangan kemudian kamu selesaikan, maka patenkan," lanjutnya lagi.

Karena itu, bagi siapapun yang pintar dan memiliki intelektual serta bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada, maka patenkan agar dilirik investor untuk mendapatkan modal bisnis. Tetapi harus diingat, bahwa paten harus dengan sesuatu yang bisa diproduksi dan dikomersialkan karena setiap tahun harus membayar biaya paten.

Selain itu juga paten tersebut belum pernah ada di muka Bumi, dan barangnya belum diedarkan. Jadi, patenkan dahulu, baru dipasarkan. Jika diedarkan dipasaran dahulu baru dipatenkan, bisa-bisa izinnya dicabut dan harus menunggu selama 6 bulan untuk memproses paten.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: