Faisal Basri Kritik Jajaran Penanganan Covid-19 dari Kalangan Ekonomi: Suara Kesehatan Tak Terdengar
Ekonom senior INDEF, Faisal Basri, mengatakan bahwa kesalahan utama Indonesia terhadap penanganan pandemi Covid-19 adalah kebijakan yang terlalu fokus pada pemulihan ekonomi, bukannya pada penanganan kesehatan.
"Direktur Jenderal WHO katakan nyawa manusia itu nomor satu. Dia menganalogikan jalan ini cuma satu jalur, ya ambulans harus di depan, ekonomi tidak boleh nyerobot. Ini kesalahan sejak awal yang membuat pandemi berlama-lama dan makin buruk karena kita menuhankan ekonomi dan memberhalakan investasi," ujar Faisal dalam Diskusi Publik INDEF, Jumat (16/7/2021).
Baca Juga: Era Reformasi Semakin Marak Oligarki, Ekonom Senior INDEF: Ini Parah Betul!
Terlebih, jajaran yang terlibat dalam penanganan Covid-19 merupakan orang-orang yang berasal dari kalangan ekonomi. Misalnya, struktur Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan ekonomi Nasional diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto.
Selain itu, beberapa posisi lainnya juga diisi oleh orang-orang ekonomi seperti Ketua Pelaksana KPCPEN yang diduduki oleh Menteri Usaha Badan Milik Negara Erick Thohir dan Koordinator PPKM Darurat dipegang oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
"Jadi, suara kesehatan tidak terdengar. Apalagi, Pak Luhut sudah ngomong semua diam, hanya mau mendengarkan masukan yang dia mau," lanjut Faisal.
Faisal juga menyoroti kebijakan gas-rem pemerintah yang ia nilai tidak mencerminkan adanya rencana yang matang. "Makin tidak karuan kita menangani Covid-19, ini tercermin dari recovery ekonomi yang terbata-bata," katanya.
Padahal, lanjut Faisal, makin tegas dan efektif pembatasan sosial, pemulihan ekonomi juga akan segera pulih dengan kecepatan tinggi. Sementara, penanganan Covid-19 di Indonesia tergolong lambat sehingga pemulihan ekonomi nasional relatif lebih lambat dibandingkan dengan negara lain.
"Pemulihan ekonomi kita seperti ubur-ubur, seperti kura-kura, seperti bajaj. Kalau Filipina memang rada gila presidennya, kecepatan recovery-nya seperti Ferrari," imbuh Faisal.
Tak hanya Filipina, Turki dan India juga pulih dengan cepat lantaran angka kematian di kedua negara tersebut bisa ditekan lebih rendah dari Indonesia. "Karena betul-betul kebijakannya firm, bold, sakit, tapi sebentar. Di kesehatan kan gitu, banyak orang takut disuntik, padahal kalau tidak disuntik lebih lama," tuturnya.
Ia menekankan pemerintah harus lebih tegas memprioritaskan kesehatan dalam menangani pandemi Covid-19. Sebab menurutnya, pemulihan kesehatan dan ekonomi tidak bisa berjalan beriringan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum