Direktur Eksekutif Indonesian Bureaucracy and Service Watch (IBSW), Nova Andika, menilai apa yang disebut Indonesia Corruption Watch (ICW) sebagai temuan seputar Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, PT Harsen, dan Ivermectin, adalah tudingan yang sesat dan mencurigakan. Sebaliknya, Nova yakin bahwa langkah KSP Moeldoko dan LBH HKTI untuk menempuh jalur hukum terhadap ICW, adalah respons yang tepat dan bertanggung jawab.
"Itu tudingan yang sesat, menyesatkan banyak orang. Namun, tidak memiliki dasar yang kuat sehingga sangat mencurigakan," kata Nova Andika dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (24/7/2021).
Baca Juga: Bawa-Bawa Drama dengan Demokrat, Rocky Gerung Tanggapi Tudingan ICW ke Moeldoko
Hanya karena putri bungsu KSP Moeldoko, yakni Joanina Novinda Rachma, mengenal Sofia Koswara yang memiliki hubungan dengan perusahaan obat, PT Harsen, ICW menurut Nova langsung menarik kesimpulan gegabah sebagaimana yang mereka tudingkan, yakni Moeldoko berniat mengambil untung dalam mengampanyekan Ivermectin.
"Padahal, tak ada premis-premis pendukung lain. Kalau pun tidak jelas, bahkan lemah, dan tak memungkinkan untuk langsung mengambil kesimpulan ngaco seperti itu," kata Nova.
Satu hal gegabah lainnya yang dilakukan ICW, kata Nova, lembaga tersebut sama sekali mengabaikan fakta bahwa yang diperkenalkan Moeldoko dengan niat baik untuk melawan pandemi Covid-19 tersebut adalah Ivermectin.
"Itu nama generik obat tersebut, sementara PT Harsen menjual Ivermectin dengan merek Ivermax 12. Bila memang niatnya memperkenalkan itu buat mengendors PT Harsens, mengapa tidak langsung saja menyebut nama merknya?" kata pemerhati birokrasi tersebut. "Padahal, Ivermectin juga diproduksi oleh BUMN, Indofarma," ungkap Nova.
Karena itulah, Nova menyatakan, IBSW mengendus hal yang mencurigakan dari ICW, minimal ada niat yang kurang baik untuk mencemarkan nama baik KSP Moeldoko. Pasalnya, kata Nova, ICW langsung dan hanya menuding KSP Moeldoko sebagai pihak yang seolah mencari peluang keuntungan untuk memperkaya diri dalam urusan sosialisasi Ivermectin tersebut. Padahal, Nova menambahkan, dari jajaran kabinet saja ada Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dan Menteri BUMN Erick Thohir, yang juga memperkenalkan Ivermectin sebagai obat terapi melawan pandemi Covid-19.
"Apalagi, ICW juga menutup mata rapat-rapat bahwa antusiasme para pejabat tersebut untuk memperkenalkan Ivermectin semata didorong niat baik untuk segera mengusir pandemi Covid-19 dari bumi Indonesia. Bukan justru dituding mau cari untung," katanya.
Nova mengatakan, memprioritaskan buruk sangka (suuzan) dalam kondisi darurat di mana kematian terjadi di mana-mana dan penyebaran penularan begitu masif, hanya mungkin dilakukan kalangan yang sama sekali tidak memiliki empati. "Pikirannya nggak benarnya, semua buruk melulu," kata dia.
Sebagaimana ramai diberitakan media-media massa arus utama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri BUMN Erick Thohir memang menyosialisasikan Ivermectin sebagai obat terapi darurat yang ampuh untuk melawan Covid-19.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum