Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Polisi Tunisia Terobos Masuk Kantor Al Jazeera, Para Staf Mulai Tinggalkan Kantor

Polisi Tunisia Terobos Masuk Kantor Al Jazeera, Para Staf Mulai Tinggalkan Kantor Kredit Foto: Reuters/Zoubeir Souissi
Warta Ekonomi, Tunis -

Pasukan keamanan Tunisia pada Senin (26/7/2021) menggerebek kantor berita Qatar Al Jazeera di ibu kota Tunis dan meminta para staf di dalam untuk meninggalkan kantor tersebut.

Koresponden Al Jazeera di Tunisia, Reda Tammam, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa sejumlah personel keamanan menyerbu kantor saluran berita tersebut pagi ini, dan “meminta kru kami untuk meninggalkan tempat itu."

Baca Juga: Situasi Memanas, Bentrokan Meletus di Tunisia Usai Pemerintahnya Runtuh

Tammam membenarkan bahwa karyawan kantor media itu "dievakuasi", namun dia tak memberikan keterangan mengapa mereka harus pindah, atau rincian lainnya.

Otoritas Tunisia belum memberikan komentar atas insiden tersebut.

Pada Minggu, Presiden Tunisia Kais Saied menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Hisyam al-Masyisyi, serta membekukan parlemen dan mengambil alih otoritas eksekutif dengan bantuan perdana menteri baru.

Menurut koresponden Anadolu Agency, militer dan polisi Tunisia mendirikan penghalang di jalan-jalan menuju parlemen di ibu kota Tunis untuk memisahkan antara pendukung dan penentang presiden Tunisia.

Bentrokan meletus antara oposisi dan pendukung presiden di tengah bentrokan dan lempar batu di sekitar markas parlemen. Sejumlah orang mengalami cedera dalam insiden kekerasan tersebut. Pasukan menghalau upaya puluhan lawan untuk memanjat gerbang gedung parlemen.

Pendukung gerakan Ennahda - yang memegang 53 kursi di 217 anggota parlemen - mengecam keputusan Saied sebagai "kudeta" terhadap legitimasi dan revolusi.

Dalam pidatonya Ahad, Presiden Saied mengatakan dia akan menangguhkan kekebalan semua anggota parlemen dan mengambil alih kantor kejaksaan. Dia mengklaim bahwa dia telah mengambil keputusan setelah berkonsultasi dengan perdana menteri dan Ketua Parlemen Rached Ghannouchi.

Tunisia telah mengalami krisis yang mendalam sejak 16 Januari, ketika PM al-Masyisyi mengumumkan perombakan kabinet tetapi Saied menolak untuk mengadakan upacara pelantikan menteri baru.

Tunisia juga menghadapi dampak penyebaran virus Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya di sebagian besar negara bagian, menyebabkan penyebaran virus yang cepat.

Tunisia dipandang sebagai satu-satunya negara Arab yang berhasil melakukan transisi demokrasi di antara negara-negara Arab lainnya yang juga menyaksikan revolusi rakyat yang menggulingkan rezim yang berkuasa, termasuk Mesir, Libya, dan Yaman.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: