Virus Mematikan Marburg Berhasil Dikonfirmasi dari Tanah Afrika, WHO Nyalakan Red Alert
Otoritas kesehatan Guinea telah mengonfirmasi satu kematian akibat virus Marburg di negaranya. Virus itu menyebabkan demam berdarah yang sangat menular mirip Ebola.
Kasus baru virus Marburg di Guinea pertama kali diidentifikasi pekan lalu. Virus Marburg muncul dua bulan setelah negara tersebut dinyatakan bebas dari Ebola. Awal tahun ini, Guinea menghadapi gelombang baru penularan Ebola yang menewaskan 12 orang.
Baca Juga: Indonesia Sambut Baik Kiriman Kirim 700 Konsentrator Oksigen dari WHO untuk Lawan Covid-19
Sebelum meninggal, pasien yang terinfeksi virus Marburg sempat mencari perawatan di klinik. Namun kondisinya memburuk drastis dan akhirnya meninggal.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan "red alert" mengenai kewaspadaan penyebaran virus Marburg. Belum ada obat untuk serangan virus tersebut.
"Potensi virus Marburg menyebar jauh dan luas, berarti kita harus menghentikannya," kata Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika Matshidiso Moeti dalam sebuah pernyataan pada Senin (9/8/2021), dikutip dari Reuters, Selasa (10/8/2021).
Moeti menyebut, pihaknya telah bekerja sama dengan otoritas kesehatan untuk menerapkan respons cepat yang didasarkan pada pengalaman dan keahlian Guinea di masa lalu dalam mengelola Ebola. Ia menjelaskan, cara penularan virus Marbug serupa dengan Ebola.
Kematian akibat virus Marburg di Guinea menandai pertama kalinya penyakit mematikan itu diidentifikasi di Afrika Barat. Sejak 1967, terdapat 12 wabah besar Marburg, sebagian besar di Afrika bagian selatan dan timur.
Tingkat kematian kasus Marburg barvariasi, antara 24 hingga 88 persen. Hal itu bergantung pada jenis virus dan manajemen kasus. Virus Marburg menular melalui cairan dan kontak dengan jaringan tubuh yang terinfeksi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: