Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perbesar Serapan Serat Domestik Jadi Kunci Gairahkan Tekstil

Perbesar Serapan Serat Domestik Jadi Kunci Gairahkan Tekstil Kredit Foto: Shutterstock
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia dapat mengikuti jejak sejumlah negara utama produsen tekstil dunia yang mulai berfokus pada peningkatan serapan domestik untuk kembali menggairahkan industri tekstil nasional.

Hal tersebut diungkapkan Direktur PT Asia Pacific Rayon, Basrie Kamba, dalam Simposium Nasional APSyFI yang disiarkan secara daring, Kamis (12/8/2021). Dia memaparkan, negara-negara seperti Vietnam dan India mulai mendorong konsumsi domestik demi memperkuat industri tekstil dalam negeri.

Baca Juga: Pasar Tekstil Global Mulai Bangkit, API Minta Pemerintah Turun Tangan Bantu Perusahaan Tekstil

"Vietnam 90 persen produksi mereka diekspor, hanya 10 persen dikonsumsi di dalam negeri. Namun, setelah Covid-19, mereka mencoba masuk ke pasar domestik. Mereka sedang mendorong konsumsi, kira-kira mana [tekstil] yang cocok dengan konsumsi masyarakatnya," kata Basrie dalam Simposium Nasional APSyFI yang disiarkan secara daring, Kamis (12/8/2021).

India yang dikenal sebagai produsen tekstil dunia juga melakukan hal yang sama. Negara tersebut kini mendorong konsumsi dan menyertakan regulasi yang mewajibkan serapan produk lokal.

Terlebih, Basrie menilai Indonesia sudah memiliki susunan komponen yang lengkap di mata rantai industri tekstil yang bisa dimaksimalkan potensinya untuk mendorong peningkatan konsumsi domestik.

"Karena industri ini kita sudah lengkap, bahkan sampai ke desainer. Bahkan, IKM/UKM, para pengrajin konveksi, itu terlibat semua di mata rantai ini. Jadi kita lengkap, mestinya," paparnya.

Adapun peningkatan serapan produksi tekstil di dalam negeri dapat ditempuh dengan mengalihkan pola konsumsi bahan baku serat. Saat ini, Indonesia merupakan produsen dari serat rayon, tetapi penggunaannya belum optimal. Perlu diketahui, kapasitas produksi serat rayon di Indonesia mencapai 850.000 ton per tahun dengan konsumsi domestik hanya di kisaran 400.000-500.000 ton per tahun.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Ravi Shankar, menjelaskan bahwa kapas tidak lagi mendominasi konsumsi serat global. Sebaliknya, preferensi konsumsi di berbagai regional telah bergeser ke serat buatan.

Sementara itu, saat ini konsumsi serat dalam negeri didominasi oleh jenis polyester dengan pangsa sebesar 50 persen atau sebesar 1,08 juta ton. Posisi serat polyester disusul oleh kapas sebesar 29 persen dan viscose sebesar 16 persen.

"Kalau melihat kapasitas produksi polyester dan rayon yang besar dan ketergantungan kita terhadap impor kapas, Indonesia memiliki peluang mensubstitusi kapas karena Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar serat nonalam," tambahnya.

Apalagi, kedua serat tersebut dikenal sebagai bahan baku yang dapat diaplikasikan ke berbagai jenis pakaian mulai dari pakaian olahraga, busana muslim, tekstil rumahan, pakaian medis, dan sebagainya.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Farmasi Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam, memaparkan bahwa saat ini industri tekstil dan produk tekstil menjadi salah satu industri strategis yang terdampak paling berat akibat Covid-19 dengan catatan kontraksi 4,54% pada kuartal II/2021 secara tahunan.

Meskipun, secara kuartalan mulai tumbuh 0,48 persen, dengan ekspor sepanjang semester I/2021 tumbuh 13 persen dan investasi naik 27 persen. Khayam mengatakan, pemerintah telah mengambil sejumlah langkah untuk meminimalisasi dampak Covid-19 terhadap industri tekstil dan produk tekstil di dalam negeri.

Salah satunya dengan mengembangkan industri bahan baku tekstil dari industri di dalam negeri. Pengembangan tersebut ditempuh dengan peningkatan kapasitas industri rayon dari 856.700 ton pada saat ini menjadi 1,21 juta ton pada 2023 dan kapasitas dissolving pulp-nya menjadi 1,31 juta ton. Selain itu, peningkatan utilisasi industri serat dan filamen polyester menjadi 70 persen pada 2023 juga menjadi salah satu target.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: