Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Diskusi Investasi: Saham Bukalapak Bikin Ketar-ketir, Investor Harus Apa?

KOL Stories x Diskusi Investasi: Saham Bukalapak Bikin Ketar-ketir, Investor Harus Apa? Kredit Foto: Instagram/ririn.yulianto

Apakah menurut Anda sendiri pergerakan harga saham Bukalapak ini wajar atau tidak?

Mungkin kondisi harga sekarang menurut saya sudah cukup murah jika dibandingkan harga IPO sudah lebih rendah. Pada intinya, ketika Bukalapak ini menjadi IPO, mereka membuka penawaran saat book building yang diisi dengan investor besar, terutama investor asing. Ternyata alokasi yang diberikan saat book building lebih besar ke investor asing (foreign). Makanya teman-teman yang ikut pemesanan lewat book building akan dapat sedikit sekali, baik itu individual ataupun institusi.

Ketika ada fund besar Bukalapak di harga 850, sebetulnya kita bisa menjadikan ini sebagai safety net. Artinya, ketika kita membeli di harga saat ini, maka harga rata-ratanya sudah lebih murah dibanding para investor asing yang mengambil saat IPO. Biasanya fund-fund besar tadi tidak melakukan trading dalam jangka waktu yang pendek, mungkin sebagian sudah take profit, tetapi saya cukup yakin pasti ada diantara mereka yang masih punya barangnya.

Seperti apa prospek saham Bukalapak? Apakah masih akan terkoreksi atau malah akan berbalik arah melihat kini investor asing mulai melakukan aksi beli

Penghasilan Bukalapak masih didapat dari bisnis B2C atau eCommerce-nya. Seperti yang kita ketahui, Bukalapak bukanlah market leader di bisnisnya, karena kita sendiri masih lebih prefer membeli lewat e-Commerce lain. Tetapi apa yang dimiliki perusahaan ini agak berbeda karena punya jaringan mitra Bukalapak. Sebenarnya jika dilihat dari pertumbuhannya, yang paling meningkat adalah kemitraannya, bukan dari eCommerce-nya. Pihak manajemen Bukalapak sepertinya sudah melihat persaingan yang berat. Jika dirasa tidak bisa bersaing, setidaknya mereka harus membuka ranah bisnis baru yang bisa menghasilkan, contohnya mitra UMKM itu yang punya prospek bagus. Jadi, kedepannya mungkin Bukalapak prospek bisnisnya akan lebih berfokus pada B2B.  

Menurut saya harganya mungkin bisa saja turun, tetapi penurunannya akan lebih tertahan. Karena kita harus mengerti bahwa funding manager ini mempunyai perfomance atau KPI yang harus dinilai. Mereka tidak akan membiarkan perfomance-nya jelek karena satu stock ini. Setidaknya ketika turun atau sudah mulai murah, mereka akan segera melakukan pembelian kembali averaging down untuk punya saham yang lebih banyak. 

Beberapa terakhir ada akumulasi dari asing dan ini wajar, karena sejak awal yang memiliki banyak barang itu asing, dan pihak yang membuang barang di hari kedua atau ketiga juga dari asing. Jadi sekarang ini posisinya funding manager asing sudah tidak memiliki barang sebanyak dahulu dan ingin melakukan pembelian. Ketika kita masuk melalui net foreign buy, artinya asing membeli dari lokal. Nah, lokal ini sebetulnya sangat disayangkan karena stock yang kita pegang dan minusnya cukup banyak harus di cut-loss yang kemudian memberikan barangnya ke asing. Makanya kita perlu mengetahui rencana investasi kita, apakah jangka menengah atau jangka panjang, sehingga saat terkena ARB seperti ini mereka sudah memiliki money management yang baik. 

Bagaimana pandangan Anda terkait dengan rencana perusahaan sejenis Bukalapak, yakni GoTo yang tengah berencana melakukan IPO? Apakah akan bernasib sama dengan Bukalapak?

Jadi, kita harus banyak bersyukur karena Bukalapak yang pertama kali didorong menjadi IPO. Kita bisa mendapat banyak pelajaran dari GOTO jika IPO, karena valuasinya berlipat-lipat dari Bukalapak. Jangan terlalu FOMO seperti saat ini. Itu akan menjadi benchmark yang bagus sebagai investor. GOTO sendiri akan punya prospek yang bagus, tetapi lagi-lagi GOTO akan IPO dengan nilai yang jauh lebih besar dari Bukalapak. Artinya, market cap-nya akan lebih besar, lebih gendut, dan sulit untuk bergerak ARA.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: