Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Erdogan-Putin Tekankan Stabilitas di Afghanistan, Penting Bagi Taliban Lakukan...

Erdogan-Putin Tekankan Stabilitas di Afghanistan, Penting Bagi Taliban Lakukan... Kredit Foto: AP Photo/Rahmat Gul
Warta Ekonomi, Washington -

Direktorat Komunikasi Turki menyampaikan, Erdogan menekankan bahwa Turki menginginkan transisi yang mulus di Afghanistan.

"Juga menekankan bahwa penting bagi Taliban tidak mengulangi kesalahan masa lalu, menjadi inklusif, mewakili keragaman rakyat Afghanistan, dan mengimplementasikan janji-janji mereka," kata Direktorat Komunikasi Turki dalam pernyataanya, seperti dikutip Anadolu Agency.

Baca Juga: 6 Tantangan Besar yang Diramal Para Pakar saat Taliban Memerintah Afghanistan, Jangan Diremehin!

Erdogan mengungkapkan, untuk saat ini Turki menyambut baik pesan moderat yang telah disampaikan Taliban. Kendati demikian, Erdogan menekankan bahwa kata-kata atau janji yang telah dibuat perlu dibuktikan dengan tindakan. Sebab, hal itu bakal membantu proses yang akan datang.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga melakukan diskusi tentang Afghanistan dengan Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Mohamed bin Zayed Al Nahyan pada Sabtu. Menurut keterangan yang dirilis Gedung Putih, pada kesempatan itu Biden menyampaikan apresiasi dan penghargaan atas dukungan UEA dalam proses evakuasi warga serta staf diplomatik AS dari Afghanistan.

Biden dan Al Nahyan menekankan bahwa upaya kolaboratif mencerminkan kemitraan abadi kedua negara. Biden pun membahas perkembangan situasi di Afghanistan dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez. Biden mengucapkan terima kasih kepada Sanchez atas kepemimpinan Spanyol dalam menggalang dukungan internasional untuk perempuan dan anak perempuan di Afghanistan.

Biden turut mengapresiasi kesediaan Spanyol menampung sementara warga Afghanistan yang berisiko di pangkalan militer di Rota dan Moron. Dari sana, para warga Afghanistan tersebut akan diproses menuju AS. 

AS telah mengimbau warganya yang masih berada di Afghanistan untuk tak bepergian ke bandara Kabul. Hal itu karena adanya potensi ancaman keamanan. Penasihat kedutaan AS meminta mereka menunggu instruksi individu dari perwakilan Pemerintah AS. 

Kekacauan terjadi di bandara Kabul setelah Taliban menguasai Afghanistan pada 15 Agustus lalu. Ribuan warga berbondong-bondong ke bandara tersebut dan berharap dapat dievakuasi. Mereka enggan jika harus hidup di bawah pemerintahan Taliban.

Taliban menyatakan kekacauan yang berlangsung di bandara Kabul bukan tanggung jawab mereka. “Barat bisa memiliki rencana yang lebih baik untuk mengungsi,” kata seorang pejabat Taliban saat diwawancara Reuters

Beberapa warga Afghanistan dilaporkan meninggal akibat berdesak-desakan di bandara Kabul. Karena sepekan telah berlalu, situasi di sana kian memprihatinkan. Suplai makanan dan minuman mulai menipis.

Pejabat Komisi Kebudayaan Taliban, Abdul Qahar Balkhi, mengungkapkan, pembicaraan untuk membentuk pemerintahan baru Afghanistan terus dimatangkan. “Konsultasi sedang berlangsung tentu saja itu akan menjadi sistem yang inklusif tetapi saya tidak memiliki perincian siapa yang akan berada di pemerintahan dan siapa yang tidak akan berada di pemerintahan,” katanya saat diwawancara Al Jazeera.

Ada pula pembicaraan tentang apakah ibu kota akan tetap berada di Kabul atau dipindahkan ke Kandahar, yakni tempat kelahiran Taliban. Balkhi turut mengomentari tentang kekacauan yang terjadi di bandara Kabul. Menurutnya, krisis di sana terjadi karena AS bergegas mengevakuasi ribuan orang dari negara tersebut.

“Saya pikir sangat disayangkan orang-orang bergegas ke bandara seperti saat ini. Kami telah mengumumkan amnesti umum untuk semua orang," katanya. 

Dia pun membantah laporan bahwa saat ini anggota Taliban sedang melakukan penggerebekan ke rumah-rumah tokoh pemerintah dan masyarakat sipil, kemudian mengintimidasi atau melecehkan mereka. Ia bahkan menyebut Taliban bakal menghukum anggotanya jika ada yang melakukan hal demikian. 

Operasional KBRI 

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengatakan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kabul tetap beroperasi. Namun, pengoperasiannya dilakukan dari negara terdekat, yaitu Pakistan.

"Saat ini mereka (staf kedutaan) melaksanakan operasional KBRI Kabul dari Islamabad," katanya kepada Republika, Minggu (22/8/2021).

Jika kondisi Kabul sudah terkendali, kata Teuku, staf perwakilan Indonesia akan kembali ke Afghanistan. Pemerintah Indonesia saat ini menyiagakan tim kecil atau esensial yang terdiri atas satu kuasa usaha sementara dan tiga home staff yang akan menjalankan misi Kabul dari Islamabad. 

Mereka akan memantau perkembangan di Afghanistan. Tim kecil ini akan terus melakukan asesmen situasi Afghanistan setiap hari dan menentukan langkah selanjutnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: