Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nasib Kurir E-Commerce Memprihatinkan, dari Upah Tak Layak Hingga Ketidakpastian Pekerjaan

Nasib Kurir E-Commerce Memprihatinkan, dari Upah Tak Layak Hingga Ketidakpastian Pekerjaan Kredit Foto: Jet Commerce
Warta Ekonomi, Jakarta -

Selama pandemi, jumlah penjualan online terus meningkat. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan kondisi para kurir e-commerce yang setiap hari mengantarkan belanjaan sampai ke depan rumah customer. Mereka sering sekali mendapat cacian, ancaman, dan pendapatan yang mereka dapatkan tidak sebanding.

Menurut Emancipate Indonesia, Margianta Surahman, dalam instagram Live yang diadakan di akun @changeorg_id, pekerja kurir ini ternyata kesejahteraannya belum terpenuhi dan risikonya cukup tinggi.

Baca Juga: Viral! Gaya Hypebeast Kurir Online Antar Paket, Bikin Minder Netizen Twitter

"Sering dapat bully, dapat ancaman verbal atau fisik. Jadi tidak terpenuhi haknya, tidak terlindungi juga. Akhirnya kami bersama akun-akun tadi sambat karyawan tadi dalam Serikat Pekerja 4.0 kita ajak bikin petisi. Kami mencoba memfasilitasi dengan berbagai macam tuntutan suara dari pada kurir ini," ungkapnya.

Margianta juga mengatakan, petisi dari kurir e-commerce ini kebanyakan isinya tidak jauh dari kepastian kerja, SOP kerja yang layak untuk kesejahteraan seluruh pekerja. Ia juga mengatakan nyatanya pendapatan yang diperoleh kurir ini tidak sampai UMR, bahkan jauh dari kelayakan.

"Mereka banyak mendapatkan order online bahkan membeli makanan, membeli barang, selama di rumah aja. Tapi bagaimana dengan mereka yang tidak bisa di rumah saja itu nasibnya yang justru kita coba perhatikan. Kita berharapnya pemerintah khususnya Kementerian Ketenagakerjaan itu hadir dalam isu ini," tambahnya lagi.

Hadir juga perwakilan Driver Lalamove, Ade Putra, ia menceritakan bagaimana penurunan upah terus berkurang tiap tahunnya. Angka tersebut juga belum termasuk potongan dari aplikator yang bermitra dengan perusahaan tempatnya bekerja.

"Kalau kita flashback pada tahun 2018 kita tahu dulu itu lebih besar dibandingkan sekarang. Awal mereka muncul itu Rp16.000 per tarif, daftar hitungan tarif itu sekitar per 5 kilo, sedangkan sekarang tarif daftar itu Rp8.000 per 4 kilo jadi jatuhnya itu Rp2.000 per kilo dan itu belum dipotong 20% dari pihak aplikator," kata Ade.

Tidak berhenti sampai di situ, Ade memaparkan banyak kejadian dan peristiwa tidak mengenakan yang dialami dirinya dan rekan kurir lainnya. Mulai dari kendala saat pengiriman, respons pelanggan setelah barang sampai, hingga perusahaan yang tidak menoleransi keadaan lapangan.

"Sudah begitu kita kan di lapangan ini suka banyak kendala di mana kadang toko tutup atau barang yang besar, tapi kami dipaksa untuk tetap membawa barang tersebut sampai tujuan. Hal-hal seperti itu yang tidak bisa ditoleransi oleh aplikator khususnya di Lalamove karena kami langsung di-suspend kalau tidak bisa menyelesaikan orderan tersebut," kata Ade.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: