Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Survei Berbicara: Demokrat Tiga Besar, PSI Meroket Tembus 5 Persen

Survei Berbicara: Demokrat Tiga Besar, PSI Meroket Tembus 5 Persen Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (tengah) didampingi pengurus dan kader menyampaikan konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (31/3/2021). Agus Harimurti Yudhoyono bersyukur dan menyambut baik atas keputusan Kementerian Hukum dan HAM yang menolak hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang dan mengatakan sikap itu merupakan kabar baik bagi demokrasi di Indonesia. | Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi -

Perkembangan situasi politik menuju gelaran Pemilu 2024 mulai bergerak dinamis. Elektabilitas Partai Demokrat terus terkerek naik, kini menduduki peringkat tiga besar sebesar 11,2 persen. Partai Demokrat hanya kalah dari PDI Perjuangan dan Partai Gerindra yang masih menguasai posisi pertama dan kedua.

Pada papan tengah, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memantapkan diri dengan meraih elektabilitas 5,0 persen. Kejutan lainnya datang dari dua partai politik baru, yaitu Partai Ummat (1,5 persen) dan Gelora (1,0 persen), mulai mewarnai perpolitikan nasional.

"Partai Demokrat melesat ke peringkat tiga besar, sedangkan di papan tengah PSI menembus 5 persen, dan partai-partai baru mulai menggeliat," ungkap Direktur Komunikasi Voxpopuli Research Center Achmad Subadja dalam keterangan tertulis kepada pers di Jakarta, Kamis (26/8).

Baca Juga: Elektabilitas Meningkat Drastis, PSI, Partai Ummat hingga Gelora Mengancam Partai Lawas!

Menurut Achmad, kenaikan signifikan elektabilitas Partai Demokrat menjadi ancaman bagi dua partai utama koalisi pemerintah. PDI Perjuangan memang masih unggul, tetapi elektabilitasnya kini hanya berada pada posisi 15,8 persen, disusul Partai Gerindra 13,5 persen.

Partai Demokrat juga menyalip Partai Golkar yang biasanya berada pada posisi ketiga. Elektabilitas Golkar relatif stabil sebesar 8,8 persen.

"Demokrat kini menjadi simbol oposisi, dan setiap kritik terhadap kinerja pemerintah cenderung menguntungkan bagi kenaikan posisi Demokrat," tandas Achmad.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: