Indonesia dalam Pembicaraan, Mampukah Taliban Bikin Pemerintahan Inklusif yang Naungi Semua Rakyat?
Pengungsi 'stres dan takut'
Hassan Ramazan Rateq, seorang pengungsi Afghanistan berusia 42 tahun yang terdampar di Indonesia sejak 2016, mengatakan dia khawatir dengan keselamatan keluarga dan teman-temannya di rumah.
“Saya dan pengungsi lainnya merasa lebih stres dan takut karena keluarga dan kerabat kami berada di bawah cengkeraman kekejaman Taliban,” kata Hassan kepada BenarNews.
Baca Juga: Orang-orang yang Eksodus dan Gagal Dapat Tempat Masih Bisa Diterima Taliban
Dia menyebut janji damai Taliban sebagai "omong kosong."
“Mereka telah melakukan penggeledahan dari rumah ke rumah, mengurung orang-orang yang bekerja atau memiliki kontak dengan pemerintah dan organisasi non-pemerintah sebelumnya,” kata Rateq.
Rateq mengatakan kerabatnya yang tinggal di dekat Kabul sangat ingin meninggalkan Afghanistan.
“Mereka aman, tetapi setiap hari mereka takut. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada mereka," katanya.
"Jika mereka memiliki kesempatan untuk keluar, mereka akan melakukannya."
Rateq termasuk di antara ratusan pencari suaka Afghanistan yang menggelar rapat umum di luar kantor badan pengungsi PBB UNHCR di Jakarta pada 24 Agustus untuk menuntut pemukiman kembali di negara ketiga.
Ia dan beberapa pengungsi lainnya diizinkan masuk oleh staf UNHCR.
“Staf UNHCR mengatakan mereka akan mengadakan pertemuan rutin dengan kami untuk mendengarkan aspirasi kami. Sedangkan untuk pemukiman kembali, mereka mengatakan akan dilakukan berdasarkan 'first-come-first-go'," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: