Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Gas Bumi Tidak Seragam, Sebabkan Kebutuhan Gas Sektor Industri Tak Terpenuhi

Harga Gas Bumi Tidak Seragam, Sebabkan Kebutuhan Gas Sektor Industri Tak Terpenuhi Kredit Foto: PLN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Achmad Widjaja mengungkapkan sektor industri memiliki permintaan gas yang besar. Namun yang menjadi persoalan ialah infrastruktur yang belum sepenuhnya tersambung.

Selain itu, belum semua pelaku industri  dalam tujuh sektor industri yang mendapatkan harga gas sebesar 6 USD per MMBTU mendapatkan harga gas yang sama. Alhasil kebutuhan gas industri tidak sepenuhnya bisa tercukupi. 

Baca Juga: PLN Proyeksikan Tingkatkan Permintaan Gas Bumi

“Kalau bicara menggunakan 3 BSCFD pada dasarnya secara praktik menggunakan lebih dari itu, kita mengatakan 6-7 BSCFD,” ujarnya dalam Plenary Session 2 bertema Toward 12 BSCFD: Unlocking the Gas Market dalam serangkaian Pameran dan Konvensi Indonesian Petroleum Association Ke-45 2021 yang digelar secara virtual, Kamis (2/9/2021).

Karena itu, Achmad berharap infrastruktur gas dapat terus dikembangkan dan menjangkau lebih banyak pelaku industri. Di wilayah Jawa Barat dari Bekasi sampai Subang misalnya, memang ada arus utama jalur pipa untuk industri. Namun, jalur tersebut tidak mempunyai sub pipa untuk menjangkau pelaku industri yang tidak berada di jalur utama.

“Kita butuh pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur dan sub jalur pipa. Kita membutuhkan keamanan energi untuk memastikan wilayah yang ada industri memiliki jalur pipa,” tuturnya.

Lebih lanjut, Achmad juga berharap, agar dapat dilibatkan dalam pembahasan penyusunan perencanaan penyediaan gas di masa depan. Hal ini dapat memberikan gambaran yang utuh kepada industri terkait pengembangan gas bumi nasional.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha, target produksi gas 12 BSCFD memang lebih tinggi dari apa yang dicanangkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017. Meski demikian, dari sisi otoritas sudah menunjukkan komitmen melalui pemberian insentif untuk bisa menciptakan pasokan gas. Namun, dari sisi permintaan perlu dikalkulasikan juga.

“Kami mengkalkulasikan semua dan mendengar yang dikatakan industri, swasta dan industri migas untuk bisa mengcapture permintaan. Tidak hanya menangkap tapi menciptakan permintaan,” tuturnya.

Satya mengungkapkan, perencanaan RUEN 2017 sendiri berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi sekitar 7-8 persen. Namun pada perjalanannya, Indonesia terkena dampak pandemi Covid-19 yang berefek terhadap perekonomian. Pertumbuhan ekonomi hingga 2045 pun diproyeksikan rata-rata sekitar 5 persen.

“Ini membuka diskusi untuk merevisi RUEN agar lebih membumi dari sisi pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: