Perusahaan pengembang properti dan pengelola mal di Riau, PT Bima Sakti Pertiwi Tbk (PAMG) meyakini bisnis pusat perbelanjaan akan cukup menjanjikan di semester kedua tahun ini seiring dengan dilonggarkannya kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Pemerintah juga terus mempercepat program vaksinasi massal untuk mencapai target herd immunity (kekebalan komunal) demi mengatasi pandemi COVID-19 sehingga diharapkan bisa segera membangkitkan perekonomian dalam negeri.
Direktur Utama Bima Sakti Pertiwi, Christopher Sumasto Tjia, mengatakan selain katalis positif program vaksinasi, prospek bisnis pusat perbelanjaan juga akan didorong sentimen konsumen yang berangsur-angsur membaik, ditunjang dengan tren demografi dan sosial ekonomi yang besar.
Baca Juga: Salut, Industri Manufaktur dan Properti Tetap Gagah Diterpa Badai Covid-19
Tak hanya itu, juga dipengaruhi arus urbanisasi yang semakin meningkat, daya beli serta naiknya kebiasaan berbelanja masyarakat, yang menandakan potensi pertumbuhan konsumsi berkelanjutan dalam jangka menengah dan panjang.
"Kami optimistis seiring dengan program pencegahan dan vaksinasi COVID-19 akan memberi harapan dimulainya pergerakan ekonomi nasional, jadi masyarakat bisa memulai aktifitas lebih leluasa, secara langsung mendorong pertumbuhan ekonomi, tentunya akan mempengaruhi kinerja kami menuju arah yang lebih positif," katanya dalam Paparan Publik usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Harris Vertu Harmoni Jakarta Kamis (26/8/2021).
Sebagai informasi, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2021 mencapai 7,07% secara tahunan (year on year).
Beberapa sektor menunjukan pertumbuhan signifikan di antaranya penyediaan akomodasi dan makan minum di mana sektor ini tumbuh 21,58% secara tahunan, yang didorong kunjungan wisatawan lokal di beberapa wilayah dan peningkatan tingkat hunian kamar hotel.
Selain itu, permintaan properti secara komersial juga mulai menunjukkan pemulihan di kuartal II-2021. Hal ini tercermin dari data Indeks Permintaan Properti Komersial (IPPK) yang tumbuh 0,06% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Baca Juga: Bantu Pemulihan Ekonomi, Sektor Properti Gak Cuma Butuh Stimulus, Tapi...
Christopher menegaskan prospek bisnis dengan adanya sentimen-sentimen positif itu diharapkan bisa mendongkrak kinerja perusahaan yang masih tertekan.
Selama kuartal I-2021, pendapatan Bima Sakti terkoreksi 34,69% menjadi Rp.11,67 miliar dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu Rp.17,87 miliar.
Pendapatan terbesar dari bisnis pengelolaan service charge Rp.2,93 miliar, pengelolaan listrik dan air Rp 2,09 miliar, dan pendapatan pengelolaan bisnis sewa Rp.1,06 miliar.
Sayangnya, perseroan masih mencatat rugi bersih di kuartal I – 2021, sebesar Rp.1,96 miliar, dibandingkan dengan laba bersih kuartal I – 2020 sebesar Rp.4,48 miliar.
Aset perusahaan tercatat sebesar Rp.583,26 miliar per 31 Maret 2021, dibandingkan dengan Aset perusahaan per 31 Desember 2020 sebesar Rp.582,81 miliar.
Total kewajiban sebesar Rp.149,81 miliar dengan ekuitas Rp.433,45 miliar. Dengan demikian rasio kewajiban terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) sangat rendah yakni hanya 0,345 kali.
Tahun 2020, perseroan mencatat pendapatan Rp.48,438 miliar, turun 33,13% dibandingan dengan tahun 2019 yang mencapai Rp.72,437 miliar. Perseroan pun membukukan rugi bersih Rp.6,33 miliar di tahun 2020, sedangkan di tahun 2019 perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp.5,57 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri