- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Kisah Eko Desriyanto, Sosok di Balik IDeA Indonesia yang Baru Masuk Bursa
Eko banyak belajar menjadi pribadi yang lebih baik, lebih stabil, dan lebih bijak. Sebagai leader sekaligus pendidik, menurut Eko, aspek kepribadian, perilaku dan keputusan-keputusan yang dibuatmenjadi benchmark, bukan saja bagi team tapi juga bagi peserta pelatihan.
“Ini adalah tanggung jawab moral. Jika mereka mendapatkan role model yang baik, saya percaya mereka akan menjadi pribadi baik juga. Cita-cita turut melahirkan generasi sukses muda mulia ini, mendorong saya belajar lebih baik dan mempertahankan diri dalam kebaikan,” tutur kelahiran 5 Desember 1982.
Sebagai CEO, Eko terus belajar banyak tentang strategic business plan, business administration, people management, sales and marketing, finance and accounting, networking, dan hal strategis lain dalam bisnis untuk meningkatkan professionalism growth.
Finansial Eko pun tumbuh secara exponensial, baik sebagai pribadi maupun sebagai founder perusahaan. “Teman teman yang menyaksikan perjuangan saya menyebut ini sebagai ’pindah langit’ karena kemajuan yang luar biasa”, katanya.
Dengan dukungan kepercayaan masyarakat yang semakin besar terhadap perusahaannya, IDeA Indonesia percaya diri mampu memenangkan kompetisi. “Kompetisi merupakan trigger positive untuk mendorong iklim innovasi yang lebih kreatif. Kami terbukti memiliki formula untuk konsisten tampil sebagai pemenang dalam berbagai persaingan,” paparnya.
Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Keluarga Imigran Jerman Sukses Bangun Konglomerat Farmasi Merck
Eko memberi contoh bagaimana IDeA Indonesia mendapat penghargaan dari Menteri Pendidikan RI sebagai Lembaga Pendidikan Vokasi Bidang Hospitality Terbaik di Indonesia sejak 2019.
Contoh lain, IDEA telah terintegrasi dengan unit bisnis komersial berupa hotel bintang 3 yang dibangun dan dijalankan sendiri oleh perusahaannya. Hotel ini berfungsi sebagai Teaching Factory Berstandard Industri.
“Selama pelatihan, seluruh peserta terlibat dalam operasional hotel yang peralatan dan systemnya berstandard industry internasional. Dengan demikian, alumni IDEA lebih percaya diri, lebih kompeten, serta memiliki attitude, kepribadian, dan kinerja berstandar industri,” kata Eko.
Dalam mengembangkan bisnis ke depan Eko percaya, bahwa kolaborasi menjadi kata kunci untuk terus tumbuh pada era digital. Terbukti, kolaborasi yang dijalin dengan berbagai pihak menjadikan IDEA tidak hanya bertahan, justru memecahkan rekor pendaftar dan peserta terbanyak pada 2020, di mana banyak sekali bisnis tumbang karena pandemi.
Sejauh ini IDeA Indonesi merupakan Penyedia Jasa Pendidikan Vokasi Pertama di Indonesia yang berhasil IPO dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Namun, yang lebih membanggakan Eko adalah fakta bahwa IDEA telah membantu lebih dari 4.500 alumni untuk bekerja pada sektor pariwisata, hotel, kapal pesiar, restoran, dan ekonomi kreatif. “Artinya, ada lebih dari 4.500 keluarga yang merasakan manfaat keberadaan IDEA,” tandasnya.
Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Woolworths, Peritel Australia yang Jangkau Banyak Ranah Bisnis
Eko memutuskan melakukan IPO dan melantai di BEI untuk mendorong IDEA berstandard perusahaan Go Public dan menjadi Good Governance Corporation. “Dengan IPO, IDeA Indonesia masuk dalam jajaran perusahaan yang lebih akuntable dengan pengawasan Bursa dan OJK, sehingga kepercayaan publik dengan sendirinya akan meningkat,” katanya.
Eko menggunakan modal segar dari IPO untuk mengembangkan platform hybrid learning, mengembangkan cabang, penambahan kapasitas asrama, penyertaan modal pada entitas anak, dan sisanya sebagai dana operasional. “Target bisnis tahun ini kami akan menyelesaikan platform digital hybrid learning dan membuka cabang IDEA bekerja sama dengan hotel-hotel mitra sebagai Teaching Factory. Saat ini MGM Horison Group telah menandatangani Non-Disclosure Agreement menuju kerja sama Teaching Factory pada hotel-hotel di bawah management Horison," paparnya.
Kerja sama ini menargetkan 20 cabang IDEA yang akan dibuka bertahap dalam lima tahun ke depan. IDEA menargetkan minimal 1.000 peserta pelatihan offline pada setiap cabang. Sementara untuk platform hybrid learning, targetnya 10 -15 ribu peserta pelatihan setiap tahun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: