Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Media Equation Theory?

Apa Itu Media Equation Theory? Kredit Foto: Unsplash/Juan Ordonez
Warta Ekonomi, Jakarta -

Media equation merupakan media yang sama atau mirip dengan kehidupan nyata. Ini menyiratkan bahwa orang memproses pengalaman yang dimediasi teknologi dengan cara yang sama seperti mereka akan melakukan pengalaman yang tidak dimediasi karena "interaksi individu dengan komputer, televisi, dan media baru pada dasarnya bersifat sosial dan alami, sama seperti interaksi dalam kehidupan nyata".

Pada tahun 1996, Reeves dan Nass pertama kali memperkenalkan teori ini, dan dengan hati-hati merangkum studi media equation mereka sebelumnya dalam buku Media Equation. Sejak penerbitan buku ini, Nass, Reeves, dan rekan-rekan mereka telah memperluas domain teori dari pengaturan komunikasi tradisional ke area yang sangat berbeda, mulai dari e-commerce hingga interaksi manusia-robot.

Baca Juga: Apa Itu Cultural Imperialism Theory?

Awal Perkembangan Media Equation Theory

Secara umum, studi media equation dapat dikategorikan memiliki salah satu dari dua tema: (1) tanggapan audiens terhadap fitur fisik media tradisional, dan (2) tanggapan pengguna terhadap karakteristik sosial komputer dan software agents.

Reeves dan rekan-rekannya biasanya mengerjakan edisi pertama, sedangkan Nass dan anggota labnya berfokus pada isu terakhir di bawah paradigma penelitian "Computers Are Social Actors (CASA)".

Tanggapan Audiens Terhadap Fitur Fisik Media Tradisional

Studi media equation tentang tanggapan khalayak terhadap ciri-ciri fisik media tradisional dapat dikategorikan menjadi dua bagian: media dan emosi; dan media dan bentuk. Berkenaan dengan media dan emosi, Reeves dan rekan-rekannya memberikan hasil yang meyakinkan bahwa valensi emosional (baik vs buruk) dari rangsangan media memiliki efek yang sama pada otak sebagai rangsangan kehidupan nyata dalam hal aktivitas electroencephalogram (EEG).

Selain itu, mereka menemukan bahwa peristiwa negatif di layar tidak akan disukai, tetapi lebih mudah diingat, seperti halnya peristiwa negatif di kehidupan nyata yang diproses otak manusia. Mereka juga menemukan bahwa membangkitkan peristiwa dalam media akan diingat lebih baik dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan cara yang sama dengan peristiwa dalam kehidupan nyata yang diingat lebih baik.

Mengapa Media Equation Dapat Terjadi?

Alasan utamanya adalah bahwa otak manusia berevolusi di dunia di mana semua objek yang dirasakan adalah objek fisik yang nyata dan hanya manusia yang bisa memahami bahasa, interaksi yang cepat, emosi, kepribadian, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi pikiran manusia, segala sesuatu yang tampak nyata adalah nyata adanya, dan setiap benda yang tampaknya memiliki 'karakteristik manusia' seperti bahasa adalah manusia yang nyata.

Ketika orang menggunakan media seperti televisi dan komputer, orang biasanya tidak mengatasi keterbatasan evolusioner dalam menerima segala sesuatu di media. Akibatnya, orang merespons simulasi aktor sosial dan objek alam seolah-olah mereka sebenarnya sosial dan alami. Alasan mendasar lainnya dari fenomena media equation adalah bahwa manusia memiliki kecenderungan kuat untuk segera menerima setiap rangsangan yang masuk seolah-olah benar, kecuali ada bukti tandingan yang kuat.

Sepanjang evolusi manusia, reaksi cepat terhadap situasi jauh lebih penting untuk kelangsungan hidup daripada penilaian yang akurat, tetapi tertunda; reaksi yang tidak akurat dan tidak perlu terhadap situasi menghasilkan pemborosan energi, sedangkan reaksi yang akurat, tetapi tertunda dapat menyebabkan kematian atau bahaya serius. Akibatnya, objek yang dimediasi atau buatan terlebih dahulu diproses seolah-olah hal itu nyata, sebelum diteliti dengan cermat. Secara keseluruhan, teori media equation telah berhasil menunjukkan bagaimana mekanisme pemrosesan informasi yang tertanam dalam otak kita secara terus-menerus sehingga memengaruhi tanggapan kita terhadap media modern dan teknologi komputer.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: