Miris, Naftali Bennett Ketahuan Ogah Bicarakan Konflik Israel-Palestina di PBB
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dalam pidato perdananya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin (27/9/2021), tidak menyebutkan konflik Israel dan Palestina. Dia malah berusaha menggambarkan Iran sebagai ancaman bagi keamanan global.
Tak seperti pemimpin Israel sebelumnya, Bennett tak mengkritik PBB. Ia juga tidak menyebut Presiden Palestina Mahmoud Abbas atau Palestina sekali pun dalam pidato 25 menitnya. Sebagai perdana menteri, dia telah menolak seruan untuk pembicaraan damai dengan Palestina, meskipun dia berharap mempromosikan hubungan ekonomi yang lebih baik untuk mengurangi masalah.
Baca Juga: Nihil Partisipasi Taliban dan Myanmar, Sidang Majelis Umum PBB Resmi Ditutup
Ketimbang membahas Palestina, Bennett berapi-api ketika menyinggung Iran dalam kesempatan berbicara di depan perwakilan banyak negara itu. "Sudah terlalu lama, Israel ditentukan oleh perang dengan tetangga kita. Tapi ini bukan tentang Israel. Ini bukan tentang orang Israel," ujar Bennett, Senin.
"Program nuklir Iran telah mencapai titik kritis dan begitu pula toleransi kami. Kata-kata tidak menghentikan putaran sentrifugal," ujar Bennett, mengacu pada proses pengayaan uranium Iran.
Bennett menyebut Presiden baru Iran, Ebrahim Raisi, penjagal Teheran atas peran masa lalunya dalam menekan perbedaan pendapat politik dan menuduh Iran mempersenjatai, mendanai, dan melatih musuh-musuh Israel di seluruh wilayah. Dia mengatakan bahwa campur tangan Iran telah membawa bencana ke negara-negara, seperti Lebanon, Suriah, dan Yaman.
"Setiap tempat yang disentuh Iran gagal," kata Bennett mengklaim bahwa kegiatan Iran mengancam seluruh dunia.
Dalam sebuah balasan di lantai Majelis Umum pada Senin (27/9) malam, Duta Besar Iran untuk PBB Payman Ghadirkhomi menuduh Bennett membuat tuduhan tak berdasar. Pemimpin Israel itu dinilai menggunakan bahasa yang mengancam Iran.
"Rezimnya harus menghindari kesalahan perhitungan dan langkah petualangan di kawasan itu," ujar Ghadirkhomi.
PBB telah menjadikan resolusi konflik Israel-Palestina sebagai prioritas tinggi selama beberapa dekade. PBB pun dituding Israel bahwa badan dunia itu bias dan tidak adil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto