Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menjadi Kandungan dalam Rokok, Antara Nikotin dan Tar Tenyata Ini yang Paling Bahaya Bagi Tubuh

Menjadi Kandungan dalam Rokok, Antara Nikotin dan Tar Tenyata Ini yang Paling Bahaya Bagi Tubuh Kredit Foto: Unsplash/Pawel Czerwinski
Warta Ekonomi -

Jika mendengar istilah nikotin, maka yang muncul dalam ingatan masyarakat adalah salah satu kandungan berbahaya yang terdapat dalam produk tembakau, seperti rokok

Persepsi ini masih cukup kuat melekat dalam benak masyarakat. Hal ini dikarenakan sebagian dari masyarakat belum paham apa sebenarnya nikotin sehingga dikatakan berbahaya.

“Masih banyak simpang siur dan kesalahpahaman di masyarakat tentang komponen atau senyawa berbahaya dari konsumsi produk tembakau,” ujar Tim peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia yakni Amaliya, dalam siaran pers yang pada Selasa, (28/9).

Baca Juga: Sering Dikaitkan dengan Diabetes, Apa Itu Hypoglycemia?

“Masyarakat juga percaya bahwa zat yang paling berbahaya dari konsumsi produk tembakau adalah nikotin, padahal hal itu salah," sambungnya.

Menurut Amaliya, hal ini menimbulkan kekeliruan persepsi dari pengertian nikotin itu sendiri. 

Padahal berdasarkan kajian ilmiah, komponen berbahaya yang memicu berbagai penyakit seperti jantung, kanker, dan paru-paru adalah senyawa hasil pembakaran yang disebut dengan TAR.

Lantas, apa perbedaan antara nikotin dan TAR? Mana yang sebenarnya berbahaya dari rokok?

Merujuk pada penggolongan senyawa, nikotin adalah senyawa kimia organik dari kelompok alkaloid yang dihasilkan secara alami pada berbagai macam tumbuhan dari suku terung-terungan (solanaceae), tembakau, dan tomat serta kafein

Baca Juga: Penting! Menghilangkan Rasa Ngantuk Ya dengan Tidur, Kafein Hanya Efek Jangka Pendek Saja

Senyawa kimia alkaloid ini dikenal memiliki efek kuat dan bersifat stimulan terhadap tubuh manusia. 

“Nikotin merupakan zat adiktif yang mengakibatkan kecanduan jika dikonsumsi dalam dosis tinggi. Tidak hanya dalam produk tembakau, nikotin juga terkandung dalam sayuran, seperti kembang kol, kentang, terung, dan tomat. Meskipun, belum banyak yang mengetahuinya,” jelasnya.

“Jika dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka panjang, nikotin akan menyebabkan efek kecanduan. Namun, tidak memicu berbagai penyakit yang biasa disebutkan pada kemasan rokok,” tambahnya.

Sedangkan, TAR adalah senyawa kimia dan kumpulan bahan kimia yang akan beredar dalam asap hasil pembakaran. TAR yang dihasilkan dari proses pembakaran yang nyatanya jauh lebih berbahaya, termasuk dihasilkan dari pembakaran produk tembakau. 

Baca Juga: Studi: Antibodi Penetral Virus pada ASI Wanita yang Terinfeksi Covid-19 Bertahan Sampai 10 Bulan

Seperti catatan yang dilansir dari laman National Cancer Institute dari Amerika Serikat, TAR sebagian besar penyebab kanker dan bahan kimia yanng berbahaya lainnya dalam asap tembakau. 

Ketika asap rokok dihirup, TAR dapat membentuk lapisan lengket di bagian dalam paru-paru. Kondisi tersebut dapat merusak paru-paru, menyebabkan kanker, emfisema, atau masalah paru-paru lainnya. 

Menghirup TAR dari asap tembakau juga menyebabkan jenis kanker lain, termasuk kanker mulut dan tenggorokan.

Bahaya TAR juga ada di penelitian terdahulu pada 1982, yang dikutip dari laman National Library of Medecine, melalui penelitian ulang faktor risiko terkuat dari batuk kronis, dahak kronis, mengi, dan dyspnea. 

Dalam penelitian itu, diamati kondisi perokok TAR berat, yakni 25 batang per hari (22 mg) dengan perokok ringan 1-14 batang per hari (7 mg). 

Peneliti menyimpulkan, kandungan TAR pada rokok adalah faktor risiko independen yang signifikan terhadap batuk dan dahak kronis.

Asap pembakarannya juga menjadi faktor risiko yang signifikan untuk batuk dan dahak kronis. Sementara itu, gejala mengi dan dyspnea lebih terkait oleh uap asap rokok.

Baca Juga: Ngeri! Studi Mengungkapkan Pandemi Covid-19 Turunkan Angka Harapan Hidup

Selain rokok, TAR juga dihasilkan dari pembakaran batubara, minyak bumi, gambut, dan kayu.[]

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: