Pertumbuhan industri digital di Indonesia kian menggeliat. Berdasarkan survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet meningkat dari 55% dari populasi pada tahun 2019 menjadi 73,7% pada tahun 2020, dan masih akan terus meningkat seiring dengan masa pemulihan pandemi yang masih berlangsung. Trafik IIX nya sendiri, saat ini sudah mencapai 1,3 Tbps. Tumbuh 90 kali lipat sejak 2015.
Peluang di sektor digital menjadi magnet bagi semua pelaku industri, tak terkecuali PT Bank Pembangunan Daerah Banten, Tbk (Bank Banten/BEKS) yang menggandeng PT Fortress Data Services (FDS) untuk mempersiapkan pondasi transformasi, baik bagi nasabah hingga operasional perbankan untuk di masa yang akan datang. Perseroan menyasar kolaborasi dengan institusi pendidikan, institusi kesehatan, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan pelaku industri di Banten.
Baca Juga: Upgrade Jadi BUMD, Bank Banten Dinilai Wajib Dongkrak Kinerja
Upaya para pelaku industri perbankan termasuk Bank Banten untuk melakukan investasi teknologi mendapatkan apresiasi positif dari Pandu Sjahrir, Komisaris Bursa Efek Indonesia. "POJK yang terbaru meng-encourage para bankir untuk mendorong perusahaan teknologi untuk masuk. Menurut saya ini akan semakin positif dan regulator sekarang sangat open minded. Saya lihat dari semua Bank Besar, Himbara dan Bank Banten, sekarang menggunakan rights issue untuk adopsi teknologi jadi saya rasa investasi ke teknologi ini akan semakin besar,” tutur Pandu pada diskusi Jawara Investment Talk Vol. 1 yang digelar oleh Bank Banten dan Mirae Asset Sekuritas Indonesia.
“Saya rasa langkah yang diambil Pak Agus dengan bekerja sama dengan Amazon dan beberapa perusahaan digital lainnya itu kan artinya open for business saya rasa kedepannya akan banyak kolaborasi sehingga Bank Banten bisa meningkat pelayanannya, service, cost of capital. Menurut saya itu semakin bagus karena nantinya dengan penggunaan data yang akurat, Anda bisa mendapatkan loan yang lebih baik dan pastinya cost yang lebih rendah,” tutur Pandu.
Pandu juga menggarisbawahi pentingnya literasi keuangan untuk menjadi prioritas para pelaku industri jasa keuangan. “Secara garis besar 75% masyarakat Indonesia tidak memiliki akses perbankan. Masalah literasi adalah masalah yang sangat besar dan memang kita harus selalu rajin membicarakan itu. Saya rasa yang paling penting adalah bagaimana menggunakan dana perbankan untuk mengembangkan usaha.”
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq