Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jadi Pionir Pencarian Indekos Digital, Ini Siasat Mamikos Hadapi Pandemi

Jadi Pionir Pencarian Indekos Digital, Ini Siasat Mamikos Hadapi Pandemi Kredit Foto: Mamikos
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tak dimungkiri bahwa fitur digital merupakan medium terefektif untuk mencari dan mendapatkan beragam informasi dengan mudah. Meski demikian, layanan informasi digital terkait indekos masih belum tersedia pada beberapa tahun lalu. Sementara itu, mencari indekos secara langsung dirasa menyulitkan bagi para pencari indekos.

Berangkat dari pengamatan sulitnya mencari indekos di wilayah Yogyakarta, Mamikos hadir untuk meringankan beban para pencari indekos dengan memanfaatkan fitur digital pada 11 November 2015 lalu.

Sebagai pionir layanan pencari indekos, Mamikos kini telah menghubungkan 110 ribu pemilik indekos dengan 6-8 juta pencari indekos tiap bulannya. Mitra penyewa indekos yang tersedia di Mamikos saat ini tercatat lebih dari 2 juta kamar kos yang tersebar di 150 kota di Indonesia.

Baca Juga: Pos Indonesia: Mengejar Transformasi Setelah Sempat Tertinggal

Berikut adalah kisah perjalanan Mamikos yang bersumber dari petikan wawancara redaksi Warta Ekonomi dengan CEO dan Co-founder Mamikos, Maria Regina Anggit.

Sebagai pembuka, mungkin bisa diceritakan ide awal membangun Mamikos dan visi-misi yang Anda siapkan untuk Mamikos?

Awal saya membangun Mamikos berangkat dari susahnya mencari kos di Yogyakarta yang dialami oleh teman-teman sendiri. Internet sudah ada, namun tidak ada platform yang secara fokus memberikan data yang akurat, lengkap, dan update. Di lingkup Indonesia juga belum ada platform yang serius mengelola informasi ini. Padahal kos ini pasarnya besar, bertumbuh, dan unik karena warisan budaya Indonesia sejak zaman terdahulu.

Visi saya untuk Mamikos adalah menjadi partner nomor 1 bagi anak kos dan mitra pemilik kos pemilik kos, kemudian misinya adalah membangun teknologi untuk pertumbuhan industri kos di Indonesia.

Apa saja tantangan yang Anda dan Mamikos hadapi dari awal berdiri hingga sekarang?

Tantangannya adalah untuk terus berinovasi di tengah perubahan pasar yang dinamis. Selain itu juga dari sisi adopsi teknologi terhadap industri kos yang cenderung tradisional.

Bagaimana peran Mamikos dalam membantu bisnis para penyewa indekos?

Mamikos adalah wadah bagi pemilik dan penyewa kos yang memberikan kemudahan layanan dalam mengelola dan mencari kos dalam satu aplikasi. Kami membuat platform semudah dan senyaman mungkin untuk pengguna kami. 

Mamikos memiliki sederet fitur yang dapat dimanfaatkan oleh mitra Mamikos dalam mengelola properti kos dan penyewa kos dalam menyewa kos idaman yang nyaman. Mamikos akan terus mengembangkan produk dan layanannya serta terus berkontribusi untuk memberikan yang terbaik. Karena kenyamanan dan kemudahan pengguna menjadi prioritas bagi Mamikos.

Sejak 2015, kami mengumpulkan data tren pasar permintaan dan penawaran kos-kosan dari 150 kota di Indonesia. Melalui data ini, kami bisa memberikan informasi tren pasar dan rekomendasi strategi penawaran terbaik bagi mitra dibanding pemain lain.

Anda pernah menyebut hampir seluruh kos-kosan mengalami penurunan ketika awal pandemi. Bagaimana Anda mengatasi kondisi tersebut serta strategi apa yang Anda susun untuk kembali mendongkrak bisnis para penyewa kos?

Situasi pandemi cukup menantang bagi kami, karena industri kos-kosan yang pasar utamanya adalah pekerja dan mahasiswa cukup bergantung pada kebijakan perkuliahan dan perkantoran. Sejak 2020, hampir merata di seluruh area padat kos mengalami penurunan okupansi.

Namun, bukan berarti benar-benar tidak ada market. Platform kami masih bisa mengidentifikasi adanya demand pasar yang cukup besar walau mungkin berbeda-beda karakter, beda segmen pasar, dan beda tren di beda waktu.

Para pemilik kos di pandemi ini sangat membutuhkan bantuan visibility terhadap data market kami tersebut dan lebih membutuhkan dibanding situasi normal. Maka, bisa dibilang, di satu sisi situasi pandemi yg serba terbatas ini mendukung cepatnya proses digitalisasi di industri kos.

Secara general, yang kami lakukan adalah kami menggunakan jutaan data demand dan supply market kos-kosan ini dan teknologi yang kami miliki untuk membantu pemilik kos bertahan dan membangkitkan kembali performa bisnis kosannya.

Ada dua strategi utama yang kami lakukan. Pertama, untuk mengembalikan okupansi, kami membantu owner menemukan pasar baru untuk kosannya yaitu dengan diversifikasi pasar. Misal, tadinya kosan hanya untuk mahasiswa saja, jadi untuk mahasiswa dan pekerja. Kemudian, ada satu area di mana kita menemukan ada gap antara supply dan demand antara kos putra dan putri, di mana kos putra demand-nya tinggi tapi supply-nya sedikit. Kami membantu owner transformasi, dan hasilnya kami bisa membantu owner meningkatkan okupansi dari 30% ke 100% dalam waktu satu bulan saja.

Kami juga menyesuaikan harga dan offering tetap optimal supaya tetap kompetitif tapi return terjaga. Kami juga mengenali dan memudahkan demand pencari kos yang memikirkan protokol kesehatan. Di sini, kami membantu pemilik kos untuk membuat showcase kosannya lewat virtual tour dan video tour. Kami juga membuat standar baru kos higienis yang memastikan bahwa kos aman untuk disurvei dan dihuni ketika anak kos pindah.

Kedua, untuk mempertahankan okupansi dan meningkatkan pengalaman ngekos dari anak kos yang masih bertahan, kami menggunakan sistem manajemen properti digital, seperti kontrak sewa dan tagihan, sistem loyalty points dan diskon untuk anak kos, metode pembayaran cashless, laporan keuangan digital, dan sebagainya.

Ketiga, strategi tersebut kami lakukan lewat dua pilar bisnis kami. Untuk owner yang mengelola sendiri dapat menggunakan Digital Tools dari Mamikos secara mandiri. Kemudian, untuk owner yang ingin properti kosnya bekerja autopilot, dapat join dengan manajemen properti kos kami dengan produk Singgahsini.

Dari segi Mamikos sendiri, adakah kendala yang dialami akibat pandemi? Mungkin bisa dielaborasikan terkait kinerja perusahaan hingga kemungkinan terjadinya layoff karyawan.

Terkait kinerja, sejak 2020 kami memutuskan WFH dan membatasi kegiatan tatap muka yang tidak terlalu penting. Tentunya bekerja dari rumah maupun dari kantor ada plus minusnya ya, namun kesehatan raga dan jiwa karyawan Mamikos adalah yang utama. 

Adapun kendala terkait komunikasi dan keeratan kami coba bangun dengan cara yang berbeda. Kami juga memastikan karyawan kami, terutama yang mau tidak mau harus berkeliling di lapangan, mendapatkan vaksinasi. Bukan hanya karyawan saja, tetapi juga penjaga kos yang kami kelola (Singgahsini-Apik) yang merupakan bagian dari Mamikos bisa mendapatkan vaksin.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: