Komoditas kelapa sawit diharapkan dapat diperlakukan sebagaimana Energi Baru Terbarukan (EBT) yang sudah ada. Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi), Harry Hanawi, dalam sebuah webinar pada Kamis (14/10/2021).
"Sawit harus punya program yang dapat dijadikan setara dengan EBT lainnya, seperti energi angin, tenaga surya, dan air," ujarnya.
Baca Juga: Lidi Sawit dari Riau Terbang ke India dan Pakistan
Sebagaimana target dalam peta jalan yang dirancang pemerintah, pada 2050 penjualan mobil konvensional (bensin dan diesel) akan disetop. Oleh karena itu, menurut Harry, Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak perlu lagi menggunakan diesel, solar, atau batu bara sebagai pembangkit listrik.
Harry mengatakan, PLN harus mulai menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebagai alternatif sumber pembangkit listrik. "Semua produk sawit seperti biomassa, cangkang, methan, akan menjadi power plant tenaga listrik," kata Harry.
Sebagai referensi, dikatakan Harry, pembangkit listrik yang menggunakan sawit dapat mengurangi karbon sebesar 75 persen dibandingkan dengan batu bara. Ke depan, dia mengharapkan pemerintah mempunyai peran strategis dengan membawa industri sawit memiliki nilai tambah yang tinggi.
Pihaknya memperkirakan, pada 2045, produksi sawit akan mencapai 100 juta ton dengan asumsi 16 juta hektare lahan yang tak bertambah. Dengan adanya program replanting, 16 juta hektare lahan yang ada sekarang diasumsikan akan menghasilkan 6–7 ton CPO per hektare pada 2045.
"Anak-anak muda sekarang yang melanjutkan seharusnya lima tahun ke depan sawit dapat digunakan untuk pembangkit listrik. Jadi, kalau saya bilang regenerasi penting sekali," terangnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum