Banyak Dipuji, Ternyata Ini Strategi 'Lord' Luhut Turunkan Kasus Covid-19 di Indonesia
Indonesia mendapat banyak pujian atas keberhasilan menangani Covid-19. Keberhasilan ini tak lepas dari kepemimpinan Luhut Binsar Pandjaitan yang menjadi komandan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali. Karena itu, wajar kalau Luhut juga ikut dipuji.
Pujian terhadap penanganan Corona di Tanah Air tak hanya datang dari satu dua pihak. Badan Kesehatan Dunia (WHO), lembaga Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia, ikut memuji. Pujian juga datang dari para Menteri Kesehatan negara anggota G20 yang disampaikan ke Menkes Budi Gunadi Sadikin, bulan lalu.
Baca Juga: Lelah dengan Situasi Pandemi? Catat! Diperlukan Langkah untuk Membuat Keadaan Kembali Normal
Intinya, mereka menilai Indonesia berhasil menangani Corona dengan cara yang efektif. Kurang dari dua bulan, puncak kasus Corona yang terjadi pada Juli, bisa ditekan melebihi 90 persen. Kini, penambahan kasus baru rata-rata di bawah 1.500 per hari. Bahkan sempat di bawah 1.000. Angka kematian juga sudah di bawah 50 per hari. Positivity rate sudah di bawah 1 persen. Jauh di bawah rekomendasi WHO yang di bawah 5 persen.
Kemarin misalnya, kasus baru bertambah 1.053 orang dengan kasus meninggal bertambah 37 orang. Kasus aktif kini tinggal 19.852 orang.
Di pembukaan Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2021, yang disiarkan secara virtual, belum lama ini, Luhut menceritakan pengalamannya menangani Corona, yang awalnya banyak diremehkan, bahkan dicaci. Tapi kini, dengan keberhasilan tadi, Indonesia banyak dipuji.
Menko Kemaritiman dan Investasi ini mengakui, saat gelombang kedua datang pada Juni dan Juli, kondisi Indonesia sangat mengkhawatirkan. Sistem kesehatan sudah berada di ambang batas. Banyak pasien tak tertangani karena rumah sakit penuh. "Banyak sekali celaan kepada kami," curhat Luhut.
Menghadapi situasi itu, Pemerintah lalu menerapkan PPKM. Tujuannya, menekan kasus harian dan di saat bersamaan memberikan waktu bagi Pemerintah meningkatkan fasilitas sistem kesehatan. Dengan PPKM tersebut, perlahan kasus harian menurun.
Dengan pengalaman itu, Luhut yakin Indonesia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Termasuk dalam penanganan Corona. "Sekali lagi, kita sudah buktikan dalam penanganan Covid-19 yang begitu kompleks. Indonesia dipuji oleh banyak negara di dunia, yang awalnya kita dilecehkan, di-bully bangsa sendiri," katanya.
Baca Juga: Makin Kencang Isu Reshuffle Kabinet, Panglima Hadi Tjahjanto Berpotensi Masuk? Pengamat Bilang...
Sehari sebelumnya, Luhut juga menceritakan rahasia Indonesia bisa menangani Corona dengan baik hingga mendapat pujian. Kata dia, salah satu keberhasilan Pemerintah adalah mendengarkan saran epidemiolog di Tanah Air.
Luhut memang pernah mengumpulkan epidemiolog dari berbagai kampus ternama. Seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Epidemiolog itu antara lain Pandu Riono, Windhu Purnomo, dan sebagainya.
"Mereka hebat-hebat, mereka membuat formula itu. Saya kan hanya tiru itu saja, mereka bisa meyakinkan saya bahwa itu benar, ya kita laksanakan," ucap Luhut.
Baca Juga: Jabatan Anies Baswedan Tinggal Setahun, Wagub dan Haji Lulung Kompak Bilang...
Luhut mengaku, awalnya sempat takut saat mendapat tugas dari Presiden Jokowi untuk menjadi komandan PPKM Jawa-Bali pada akhir Juni. Saat itu, Luhut mengaku keadaan memang mencekam. Corona mengamuk seperti tidak bisa dikendalikan. Saking keadaan buruk, Luhut mengaku ditelepon dua kali sehari oleh Jokowi. Beruntung, berkat bantuan banyak pihak, Corona bisa terkendali.
"Kenapa bisa? Karena semua kerja sama kerja tim. Tidak ada yang boleh klaim itu karena dia," kata Luhut.
Epidemiologi UGM Citra Indriani menilai, keberhasilan penanganan kasus Corona tak lepas dari kepemimpinan Luhut. Kata dia, Luhut yang memilih PPKM Level dalam membatasi mobilitas warga. PPKM ini juga dievaluasi selama tiga minggu. "Ternyata keputusan Pak Luhut tak keliru," kata Citra.
Epidemiolog UI Pandu Riono sebelumnya ikut memberikan pujian kepada Luhut. Kata dia, Luhut selalu membuat kebijakan berbasis data evaluasi. Menurutnya, menurunkan kasus di Jawa-Bali setelah Lebaran 2021 bukan hal mudah. Mengingat lonjakan kasus yang terjadi kala itu luar biasa tinggi. Namun, Luhut bisa melakukannya dengan mengikuti saran dari para epidemiolog. [BCG]
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: