Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengapa Kudeta Sudan Terjadi dan Apa Latar Belakangnya?

Mengapa Kudeta Sudan Terjadi dan Apa Latar Belakangnya? Kredit Foto: Reuters/Mohamed Nureldin Abdallah
Warta Ekonomi, London -

Kudeta yang terjadi di Sudan, di mana perdana menteri dan kabinetnya telah ditangkap dan pemerintah dibubarkan, adalah krisis terbaru dalam periode yang bergejolak di negara itu.

Di atas ketegangan politik, ekonomi Sudan telah berada dalam krisis yang mendalam, dengan inflasi yang tinggi dan kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan.

Baca Juga: Sudan Kudeta, Pemerintahan Bubar Usai PM Ditangkap, Kepala Militer: Angkatan Bersenjata Bereskan...

Kudeta telah mengkhawatirkan banyak kekuatan internasional yang baru-baru ini menjalin hubungan dengan Sudan setelah bertahun-tahun terisolasi. Melansir BBC, Selasa (26/10/2021), inilah yang perlu Anda ketahui tentang Sudan.

Apa latar belakang kudeta?

Para pemimpin militer dan sipil telah berbagi kekuasaan sejak Agustus 2019 setelah Presiden otoriter jangka panjang Sudan Omar al-Bashir digulingkan.

Bashir digulingkan oleh militer tetapi demonstrasi jalanan massal yang menuntut pemerintahan sipil memaksa militer untuk merundingkan sebuah rencana yang bertujuan untuk pindah ke pemerintahan yang demokratis.

Negara sekarang seharusnya berada dalam transisi itu, dengan warga sipil dan pemimpin militer menjalankan negara bersama-sama dalam sebuah komite bersama yang dikenal sebagai Dewan Berdaulat.

Tetapi kedua kelompok itu secara terbuka berselisih.

Ada apa di balik ketegangan itu?

Para pemimpin militer dalam pemerintahan transisi telah menuntut reformasi dari rekan-rekan sipil mereka dan menyerukan agar kabinet diganti. Ini diberhentikan sebagai perebutan kekuasaan oleh para pemimpin sipil.

Ada beberapa kudeta yang gagal sejak 2019, yang terbaru terjadi bulan lalu.

Tokoh sipil terkemuka, Perdana Menteri Abdallah Hamdok, menyalahkan loyalis Bashir - banyak dari mereka dikatakan tergabung dalam militer, dinas keamanan, dan lembaga negara lainnya.

Dan beberapa minggu terakhir melihat demonstran pro-tentara masuk ke ibu kota Khartoum, serta protes tandingan spontan besar yang mendukung perdana menteri.

Para pengunjuk rasa pro-militer menuduh pemerintah gagal menghidupkan kembali kekayaan negara.

Langkah Hamdok untuk mereformasi ekonomi - termasuk memangkas subsidi bahan bakar - tidak populer di beberapa kalangan.

Kelemahan politik Sudan memiliki preseden yang panjang.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: