Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Populerkan Model Cash and Carry, Antarkan Metro Jadi Peritel Top Jerman

Kisah Perusahaan Raksasa: Populerkan Model Cash and Carry, Antarkan Metro Jadi Peritel Top Jerman Metro AG. | Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Metro AG adalah perusahaan multinasional Jerman yang mengoperasikan toko ritel swalayan, dengan orientasi pasar modal dan profil internasional. Fokusnya ini menjadikan Metro sebagai salah satu perusahaan raksasa menurut Fortune dalam Global 500-nya.

Metro adalah salah satu peritel terbesar di dunia yang bersaing dengan konglomerat terkenal seperti raja ritel Amerika Serikat Walmart, Carrefour dari Prancis, dan saingan dalam negerinya seperti Tengelmann. 

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: UBS, Bank Asal Swiss yang Menawarkan Budaya Kerahasiaan Penuh

Melansir Fortune, pendapatan total (revenue) Metro pada 2020 sebesar 41,37 miliar dolar AS. Performanya tidak terlalu apik tahun ini sebab dalam catatan yang ada, keuntungan (profit) dari Metro --142 juta dolar karena mengalami penurunan 134 persen dari 2019. Dari sisi penjualan ini terlihat bahwa beragam faktor memengaruhi seperti Covid-19 salah satunya.

Sementara aset dan total ekuitasnya pada 2020 masing-masing di angka 15,80 miliar dolar dan 2,94 miliar dolar per tahun.

Peritel raksasa Jerman, Metro, seperti dikutip laman Company Histories, memulai kerajaan bisnisnya sebagai Metro SB-Grossmarkte. Ini adalah sebuah bisnis dengan model cash-and-carry yang diprakarsai pebisnis Jerman Otto Beisheim pada 1964.

Model bisnis cash-and-carry dipopulerkan di AS, ini adalah model grosir tradisional dengan memungkinkan pelanggan komersial untuk mengambil dan membeli barang di pusat distribusi, kemudian mengangkutnya dengan kendaraan mereka sendiri. Manfaat termasuk harga yang lebih rendah, pilihan produk yang lebih besar, jam kerja diperpanjang, dan kepemilikan langsung barang dagangan.

Namun, dalam operasionalnya, perusahaan Beisheim ini menggunakan Nama Metro Cash & Carry. Perusahaan menerima dukungan keuangan pada tahun 1967 dari dinasti industri Franz Haniel & Cie dan keluarga Schmidt-Ruthenbeck, juga pedagang grosir. Beisheim dan mitra barunya masing-masing menguasai sepertiga saham perusahaan.

Infus modal memungkinkan Beisheim dan mitranya untuk memperluas outlet cash-and-carry di dalam dan di luar perbatasan Jerman. Pada 1968, Metro bergabung dengan konglomerat Belanda Steenkolen Handelsvereniging NV (SHV) dan mendirikan perusahaan di Belanda yang beroperasi sebagai Makro Cash & Carry. Sembilan negara Eropa barat menjadi rumah bagi gerai grosir Metro dan Makro pada tahun 1972.

Ekspansi ke ritel segera menyusul. Pada awal 1980-an, Metro dan Union Bank of Switzerland melakukan akuisisi besar-besaran, jaringan department store Jerman Kaufhof AG. Saat Metro memperoleh kendali atas perusahaan tersebut, Metro mengarahkan Kaufhof untuk mengubah beberapa toko menjadi gerai pakaian dan sepatu khusus, dan berinvestasi dalam elektronik konsumen (Media Markt dan Saturn) dan bisnis komputer.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: