Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dukung Komitmen Indonesia Atasi Perubahan Iklim Dunia, Ini Upaya BGRM

Dukung Komitmen Indonesia Atasi Perubahan Iklim Dunia, Ini Upaya BGRM Kredit Foto: Ferry Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Isu perubahan iklim perlu menjadi perhatian bersama. Pasalnya, selain berdampak buruk pada lingkungan, perubahan iklim juga bisa mengancam keberlangsungan hidup manusia.

Sebagai salah satu negara pemilik mangrove terbesar dan gambut terluas keempat di dunia, Indonesia telah berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi.

Berapa tidak, mangrove memiliki kemampuan menyerap karbon 4-5 kali lebih besar dari hutan tropis daratan. Sedangkan gambut tropis Indonesia menyimpan 30% cadangan karbon dunia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan jika Indonesia berkomitmen penuh dalam pengendalian perubahan iklim, salah satunya yaitu mampu menurunkan emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030. Penurunan emisi nantinya akan difokuskan pada bidang energi, bidang maritim, serta bidang tata kelola hutan dan sektor lahan.

Dalam mendukung percepatan Nationally Determined Contribution (NDC), Pemerintah melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) gencar mempercepat restorasi ekosistem gambut dan rehabilitasi mangrove, agar fungsinya sebagai penyimpan karbon kembali dan membantu Indonesia dalam memenuhi komitmen iklim dalam ‘Paris Agreement’.

Adapun 7 provinsi yang menjadi target BRGM dalam pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG), yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua.

Tahun ini, BRGM membangun 85 unit Sumur Bor (SBO), 850 unit Sekat Kanal (SKT), 18 unit Timbun Kanal (KT), Revegetasi (R2) seluas 510 hektare, serta 244 paket kegiatan Revitalisasi Ekonomi (R3). Upaya restorasi gambut ini sedang berjalan dan realisasinya sebesar 50% dari perencanaan.

Sementara untuk rehabilitasi mangrove pada tahun 2021, Presiden Jokowi menargetkan 34.000 hektare. Nantinya, penanaman 29.500 hektare mangrove dilakukan di 9 provinsi prioritas. Adapun 9 provinsi yang menjadi prioritas adalah Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua dan Papua Barat.

Sejauh ini, telah disusun rancangan teknis lokasi penanaman mangrove, dari target sudah 83%. Upaya rehabilitasi mangrove ini sedang berjalan dengan melibatkan 470 kelompok masyarakat (pokmas) dan ditargetkan selesai di akhir November 2021.

“Tahun 2021 adalah tahun pertama program percepatan rehabilitasi mangrove, maka dengan data yang dimiliki, kita memilih lokasi dengan kemungkinan keberhasilan tinggi dan diterima masyarakat dengan baik,” ujar Kepala BRGM, Hartono.

Tak hanya bisa menjaga kelestarian alam, program rehabilitasi mangrove juga terbukti meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama bagi mereka yang terdampak pandemi.

“Rehabilitasi mangrove 2021 ini dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Ini berarti semua pekerjaan dilakukan masyarakat dengan model pembayaran account to account. Jadi tidak melibatkan pihak ketiga,” ungkap Hartono.

Namun, upaya restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk masyarakat.  Untuk menjaring dukungan ini, dibentuk Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) dan Desa Mandiri Peduli Mangrove (DMPM) yang bertujuan mengintegrasikan perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut dan mangrove secara berkelanjutan.

Agendanya sendiri meliputi persiapan, pendampingan, penguatan kelembagaan masyarakat, pelaksanaan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove padat karya, integrasi dengan pembangunan desa, serta revitalisasi ekonomi.

“Ada 75 DMPG dan 220 DMPM ini kita bentuk untuk memastikan masyarakat teredukasi dan kegiatan yang telah dilakukan di desa bisa jaga dan dilanjutkan oleh masyarakat,” pungkas Hartono.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: