Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Program Makmur Pupuk Kaltim Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Program Makmur Pupuk Kaltim Tingkatkan Kesejahteraan Petani Kredit Foto: Antara/Moch Asim
Warta Ekonomi, Jakarta -

Besarnya potensi pertanian bukan berarti tanpa kendala dalam pengelolaannya, mulai dari ketersediaan lahan hingga biaya produksi yang tinggi. Khususnya di Desa Mayangan, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember, Jawa Timur, rata-rata petani tidak memiliki lahan sendiri, tapi menggarap Tanah Kas Desa (TKD) dengan sistem sewa di depan.

Hal ini diakui petani milenial binaan Program Makmur PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim/PKT) di Kabupaten Jember. Kondisi itu membuat mayoritas petani setempat selalu dirundung kekhawatiran karena jika hasil produksi tidak sesuai dengan target, akan berujung pada kerugian. Belum lagi, ketersediaan pupuk dengan harga yang kian melonjak, secara otomatis turut berpengaruh dengan pendapatan petani di luar biaya produksi lainnya.

Baca Juga: Petani Milenial Binaan Pupuk Kaltim Ajak Generasi Muda Kembali Bertani

Hal ini pula yang disuarakan Iqbal sejak aktif dalam Asosiasi Petani Semangka Desa Mayangan hingga akhirnya dia dikenalkan Program Makmur oleh Pupuk Kaltim bersama Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Jember, yang hingga kini membina petani setempat untuk memaksimalkan produktivitas pertanian masyarakat.

"Awalnya sempat ragu, tapi melihat hasil produksi padi dan jagung di wilayah lain bisa maksimal dengan pembinaan Pupuk Kaltim bersama KTNA, jadi tidak ada salahnya dicoba," katanya, Senin (1/11/2021). 

Berangkat dari itu, Iqbal pun tergabung dalam program Makmur Pupuk Kaltim, dan mulai melihat perubahan signifikan terhadap hasil pertanian semangka yang dikelolanya. Dirinya juga difasilitasi beragam kemudahan dengan pendampingan berkala. Apalagi, dengan ilmu yang dia miliki di sektor pertanian, membuat hasil yang didapatkan terus meningkat dari sebelumnya.

"Saya bisa mencapai hasil yang lebih maksimal dari Program Makmur, biaya produksi pun bisa saya tekan. Itu salah satu keunggulannya dan ini sudah panen kedua sejak ikut program," tambahnya.

Iqbal menggunakan produk nonsubsidi Pupuk Kaltim, yakni Urea Daun Buah, NPK Pelangi 16-16-16 dan 20-10-10, serta pupuk hayati Ecofert. Saat panen pertama, dia langsung melihat hasil yang jauh berbeda dibanding menggunakan pupuk subsidi maupun produk sejenis lainnya.

NPK Pelangi sebagai pupuk majemuk slow release, dinilainya sangat bagus untuk pertumbuhan daun, batang dan buah tanaman, sehingga buah semangka pun lebih besar. Selain itu, ketahanan tanaman juga lebih baik karena NPK Pelangi memiliki DAP yang sangat bagus untuk tanaman.

Perbedaan mencolok lainnya, buah semangka Grade A dengan berat diatas 4 kilogram (kg) hanya bisa dicapai Iqbal saat pemetikan pertama dari tiga kali petik dalam satu masa panen. Selanjutnya, buah yang dihasilkan menjadi lebih kecil pada kategori Grade B dengan berat 3,5-4 kg, atau Grade C dengan berat di bawah 3,5 kg.

"Namun, karena NPK Pelangi slow release, ketersediaan pupuk dalam tanah selalu ada. Jadi tetap memberi nutrisi untuk hasil panen selanjutnya dengan buah yang masih besar," terangnya.

Selain peningkatan hasil, penurunan biaya produksi juga berhasil dilakukan Iqbal dengan penggunaan pupuk nonsubsidi Pupuk Kaltim. Harga NPK Pelangi menurut dia jauh lebih murah dibanding produk nonsubsidi sejenis, termasuk pengaplikasiannya pada lahan pertanian yang jauh lebih hemat.

Untuk satu kali masa tanam hingga panen, Iqbal mampu menghemat biaya produksi hingga 20 persen dengan peningkatan hasil antara 17-20 persen dengan rata-rata panen antara 35-40 ton per hektare dari sebelumnya maksimal 30 ton per hektare.

"Rata-rata buah yang dihasilkan bisa mencapai 7-10 kg di panen pertama, lalu 4-7 kg saat panen kedua dan ketiga. Akhirnya, banyak petani sekitar yang tanya dan mulai pakai produk Pupuk Kaltim juga," lanjutnya.

Dirinya menilai, program Makmur sangat membantu petani untuk lebih sejahtera karena selain mendapatkan kemudahan akses seperti modal hingga bibit dan sarana pertanian lainnya, para petani juga mendapat pendampingan dan edukasi untuk memaksimalkan produktivitas tanaman.

Hal ini juga bentuk dukungan korporasi yang sejalan dengan pilihan hidupnya untuk mengajak lebih banyak generasi muda yang terlibat dan memajukan sektor pertanian di Indonesia.

"Melihat program Makmur ini, saya yakin akan lebih banyak generasi muda yang mau terjun di dunia pertanian. Apalagi, di Desa Mayangan ini ada 150 hektare lahan potensial yang siap digarap dan dikembangkan ke depannya," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: