Taliban Lakukan Pelantikan Jabatan Penting Besar-besaran, Ada Gubernur Baru Kabul
PBB mengatakan, situasi ekonomi di Afghanistan rapuh, gelombang krisis baru mengancam orang dan menempatkan mereka dalam bahaya.
Menurut statistik PBB, sekitar 18 juta warga Afghanistan berada dalam bahaya ekstrem. "Masyarakat internasional harus melanjutkan bantuan kemanusiaan mereka, terutama komitmen baru yang telah mereka berikan," kata Linda Tom, juru bicara OCHA di Kabul dilansir dari Arab News, Senin (1/11/2021).
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan itu mengatakan, bahwa mereka berusaha memberikan bantuan kepada sekitar setengah dari populasi negara itu. Pada awal tahun, 18 juta orang membutuhkan bantuan karena konflik puluhan tahun, kekeringan dan konsekuensi ekonomi dari Covid-19.
“Dengan mendekatnya musim dingin, komunitas kemanusiaan, baik PBB maupun LSM, bekerja untuk menjangkau 9 juta orang dengan bantuan musim dingin," kata dia.
Tom menambahkan bahwa dana untuk komunitas kemanusiaan harus terus berlanjut karena sangat penting untuk dapat membantu orang-orang menjelang musim dingin.
“Permohonan kemanusiaan untuk Afghanistan adalah sebesar 606 juta USD, tetapi kami hanya menerima kurang dari setengahnya,” katanya.
Ketika Shaheen dalam tweet Jumatnya memperbarui permintaan pemerintahnya agar cadangan devisa negara dicairkan, beberapa pakar ekonomi di Kabul mengatakan bahwa itu adalah kunci untuk mencegah krisis yang sedang berlangsung.
“Dunia harus mencairkan aset asing Afghanistan terlebih dahulu, ini akan membantu rakyat Afghanistan untuk mengatasi krisis saat ini,” kata seorang ekonom, Hamidullah Mofid, kepada Arab News.
AS membekukan 10 miliar USD aset bank sentral negara itu setelah Taliban merebut Kabul pada 15 Agustus lalu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: