Gawatnya Salah Urus Negara Bikin Korea Utara Alami Ekonomi Kronis, Jutaan Warga Diyakini Tewas
Choi Ji-young, seorang peneliti dan ekonom di Institut Korea untuk Reunifikasi Nasional di Seoul, mengatakan bahwa menutup perbatasan dengan China telah menjadi faktor terbesar dalam masalah pasokan Korea Utara saat ini.
Pyongyang secara tradisional mengandalkan China untuk mengimpor barang-barang penting, seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Baca Juga: China dan Rusia Desak DK PBB Cabut Sanksi Terhadap Korea Utara, Ini Alasannya
"Kami memperkirakan produksi sereal turun 5% tahun lalu, dan itu mempengaruhi kondisi pasokan pangan tahun ini," katanya kepada DW.
"Kami juga mengamati kenaikan harga sereal di Utara tahun ini, sementara ada juga volatilitas harga beras," tambahnya.
"Itu sangat menonjol di daerah perbatasan, sementara kenaikan harga jagung menjadi beras adalah tanda lain dari kekurangan pangan."
Pada akhir Oktober, Tomas Ojea Quintana, Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi manusia di Korea Utara, mengatakan kepada wartawan di New York bahwa krisis kelaparan di Utara memburuk dan bahwa anak-anak, orang tua dan mereka yang berada di penjara atau kamp kerja paksa berada di risiko tertentu kelaparan.
Imesh Pokharel, kepala Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB di Seoul, mengatakan memperoleh gambaran akurat tentang situasi pangan di Korea Utara terkenal sulit.
Namun, para pembelot yang telah melarikan diri ke Selatan dapat memberikan beberapa wawasan, terutama mereka yang dapat tetap berhubungan dengan keluarga mereka di sana melalui telepon seluler. Kantor hak asasi manusia PBB telah dapat mengumpulkan beberapa informasi seperti itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: