Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sampah Masih Jadi Persoalan Utama, 72 Persen Masyarakat Belum Peduli

Sampah Masih Jadi Persoalan Utama, 72 Persen Masyarakat Belum Peduli Kredit Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengungkapkan berdasarkan data yang dirilis BPS tahun 2018, sebanyak 72 persen masyarakat Indonesia tidak memiliki kepedulian terhadap persoalan sampah. Karena itu, persoalan sampah menjadi tantangan yang kompleks dan multidimensi yang bersinggungan langsung dengan perilaku.

“Mudah-mudahan di tahun ini angkanya menurun dan angka kepeduliannya naik,” kata Ujang Solihin Sidik, Kasubdit Barang dan Kemasan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam PLN TJSL Fest 2021: PLN Green Sampah Menjadi Sumber Energi, Jumat (12/11/2021).

Baca Juga: KLHK dan Le Minerale Inisiasi Standarisasi Bank Sampah

Ujang mengatakan data sampah yang hasilkan pada 2021 mencapai 65 juta ton yang dihasilkan dari 260 juta penduduk. Dari jumlah sampah tersebut, rata-rata pengolahan sampah masih 50 persen dari rata-rata nasional.

Hal tersebut menjadi tantangan terbesar bagi pemda secara nasional yang disebabkan kapasitas pengolahan sampah masih 50 persen. Lebih lanjut, pengolahan sampah di luar Pulau Jawa justru sebesar 30 persen. Temuan tersebut menjadi tantangan target pengolahan sampah 100 persen pada 2025 mendatang.

“Masih banyak sampah yang kita hasilkan tidak terkelola bocor ke lingkungan, sungai, dan laut dan dibakar secara terbuka oleh masyarakat ini masih relatif tinggi di atas 40 persen,” paparnya.

Ujang menambahkan persoalan sampah plastik juga diprediksikan akan menjadi tantangan terbesar seiring komposisinya saat ini sebesar 17 persen. Tanpa kebijakan luar biasa yang mengatur persolan sampah, tahun 2050 komposisi sampah plastik dapat mencapai 50 persen dari total komposisi sampah.

“Dulu banyak sampah makanan tapi sekarang sudah bergeser karena pola hidup, pola produksi, dan pola konsumsi sudah berubah semua serba instan dan dibungkus oleh plastik sekali pakai yang tidak bisa didaur ulang,” pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: