Tren Membangun Sendiri Manajemen Fraud Lembaga Keuangan di Indonesia Turun 10 Persen
Di Indonesia, tren penurunan membangun sendiri solusi internal ini bahkan lebih jelas terlihat. Ada 25 persen LK di Indonesia saat ini yang menggunakan sistem manajemen fraud originasi/aplikasi yang dibangun sendiri, namun, hanya 15 persen LK di Indonesia yang memilih untu membangun sendiri sistem manajemen fraud originasi untuk mengganti sistemnya yang usang, hal ini menunjukkan penurunan 10 persen, dibandingkan angka 5 persen untuk wilayah Asia-Pasifik.
Tren penurunan kecenderungan untuk membangun sendiri solusi ini juga terlihat untuk sistem fraud transaksi, platform manajemen kejahatan keuangan hulu ke hilir, solusi anti pencucian uang (AML)/kepatuhan, Know Your Customer (KYC)/solusi verifikasi identitas, machine learning/AI, serta solusi orkestrasi.
Dev Dhiman, Managing Director, APAC at GBG menjelaskan, membangun, membeli, atau menyewa adalah dilema yang sejak dulu dihadapi oleh perusahaan rintisan maupun lembaga keuangan yang sudah mapan. Masalah ini semakin mencuat disebabkan oleh pandemi yang mempercepat digitalisasi dan mengubah proses manajemen risiko fraud.
Kita sekarang berada di era teknologi cerdas dan hiperkonektivitas, sehingga kompleksitas dan kecanggihan fraud serta kejahatan keuangan juga meningkat. Seiring dengan semakin mudahnya akses ke teknologi baru dan meningkatnya waktu yang dihabiskan di perangkat seluler, penipu dapat memanfaatkan taktik-taktik baru serta inovatif yang dapat membahayakan konsumen dan berbagai institusi.
“Lembaga keuangan perlu mempertimbangkan strategi investasi manajemen kejahatan keuangan mereka dengan lebih hati-hati. Pada dasarnya, perlu adanya pendekatan yang lebih berkelanjutan dalam hal sumber daya TI, skalabilitas yang cepat untuk menumbuhkan saluran dan model bisnis baru, mampu mengelola kompleksitas tipologi fraud saat ini dan yang akan datang, serta seimbang agar dapat memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik,” lanjut Dhiman.
Di antara LK di Asia-Pasifik yang telah membangun sendiri solusinya, 85 persen melaporkan bahwa mereka akan mengganti sistem yang telah mereka bangun dalam waktu tiga tahun — dan satu dari empat perusahaan menunjukkan siklus penggantian setiap 12 bulan.
Di Indonesia, ada lebih banyak LK yang akan mengganti sistem internal mereka dalam jangka pendek–86 persen LK yang disurvei berencana untuk mengganti solusi yang telah mereka bangun dalam waktu tiga tahun, sedangkan satu dari tiga LK akan mengganti sistem yang mereka bangun setiap 12 bulan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: