Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Amerika Sebaiknya Dengar Dulu Rencana Iran Jika Tidak Mau Menyesal Kemudian

Amerika Sebaiknya Dengar Dulu Rencana Iran Jika Tidak Mau Menyesal Kemudian Kredit Foto: Instagram/Ebrahim Raisi
Warta Ekonomi, Teheran -

Iran benar-benar serius tentang pembicaraan nuklir yang diperkirakan akan dilanjutkan akhir bulan November ini.

Hal itu dikatakan Presiden Ebrahim Raisi mengatakan kepada mitranya dari Rusia Vladimir Putin dalam panggilan telepon pada hari Selasa (16/11/2021).

Baca Juga: Biar pun Sempat Diledakkan Mossad, Iran Bangkit dan Operasikan Lagi Situs Nuklirnya

"Republik Islam Iran benar-benar serius tentang negosiasi dan kami sama-sama serius tentang hak-hak rakyat kami untuk mencabut sanksi," kata Raisi, menurut sebuah pernyataan yang diterbitkan di situs web kepresidenan.

Pernyataannya datang satu hari setelah Teheran mengundang kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, untuk mengunjungi dan bertemu dengan menteri luar negeri Iran.

Undangan itu datang  setelah pejabat PBB menyatakan keprihatinan atas kurangnya kontak dengan pejabat Iran.

Pembicaraan nuklir, yang telah ditunda sejak pemilihan Raisi pada Juni, akan dilanjutkan di Wina pada 29 November dalam upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015.

Kesepakatan itu  menawarkan bantuan kepada Teheran dari sanksi sebagai imbalan atas pembatasan aktivitas nuklirnya.

Kesepakatan itu runtuh ketika AS secara sepihak menarik diri darinya pada 2018 di bawah pemerintahan presiden Donald Trump.

Pihak-pihak lain dalam kesepakatan - Rusia, Cina, Jerman, Inggris dan Prancis - akan berpartisipasi dalam pembicaraan Wina di hadapan perunding Eropa Enrique Mora. 

Sementara AS akan mengambil bagian dalam negosiasi secara tidak langsung.

Menurut pernyataan Kremlin, Putin menyatakan harapan "bahwa pembicaraan yang dijadwalkan akhir November akan konstruktif."

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian meminta Barat untuk tidak membuat "tuntutan berlebihan" pada Teheran dalam pembicaraan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: