Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prof. Yanto Santosa: Pihak Antisawit Sedang Menunggu Hidayah

Prof. Yanto Santosa: Pihak Antisawit Sedang Menunggu Hidayah Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tak dapat dimungkiri, kelapa sawit Indonesia masih saja menjadi korban diskriminasi. Bahkan lebih parah lagi, diskriminasi juga dilakukan oleh pihak yang berpengaruh.

"Sawit ini benar-benar seperti anak tiri yang sudah berbakti, tapi tetap didiskriminasi. Pelaku diskriminasi itu punya kekuasaan. Contoh FAO, badan di bawah PBB yang menolak mengategorikan sawit ke dalam tanaman hutan," kata Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB University, Prof. Yanto Santosa, dilansir Elaeis.co.

Baca Juga: Peran Biodiesel Sawit Turunkan Emisi GRK sebagai NDC Indonesia

Lucunya, kata Prof. Yanto, FAO sudah mengategorikan keluarga palma seperti aren, pinang, kurma, dan lainnya sebagai tanaman hutan. "Namun, sawit yang juga adalah keluarga palma dan lahir dari hutan-hutan di kawasan Afrika Barat justru ditolak masuk dalam tanaman hutan," katanya.

Pihak berikutnya yang menolak sawit, kata Prof. Yanto, yakni Uni Eropa dan pihak-pihak pendukungnya yang umumnya merupakan kaki tangan produsen minyak nabati nonsawit. Tidak hanya itu, kata Prof Yanto, KLHK juga menyebutkan beberapa syarat yang harus dipenuhi agar sebuah tanaman dapat dikategorikan untuk menjadi tanaman hutan, seperti ketinggian dan umur tanaman.

"Sawit sudah banyak memenuhi syarat dari KLHK. Kalau soal tinggi pohon, sawit malah bisa sampai 20 m, usianya malah bisa lebih tua dan lebih panjang hidup dari tanaman lain, termasuk bila dibanding dengan aren yang justru dikategorikan sebagai tanaman hutan," kata Prof. Yanto.

Seluruh sumbangsih sawit, kata Prof. Yanto, seperti tak pernah dianggap pihak-pihak antisawit. Padahal, semua tuduhan terhadap sawit, seperti isu rakus air dan terkait karbondioksida, bisa dibantah oleh tanaman sawit dengan pembuktian yang sangat ilmiah sesuai tuntutan pihak antisawit.

"Namun, mereka tetap menolak sawit. Mereka begitu membenci sawit. Mungkin mereka sedang menunggu hidayah dari Tuhan agar mampu melihat dan berpikir secara jernih terkait sawit," tegas Prof. Yanto.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: