Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Disimak! Begini Skenario Militer Jepang dan Amerika, Jika China Serang Taiwan

Disimak! Begini Skenario Militer Jepang dan Amerika, Jika China Serang Taiwan Kredit Foto: Twitter/JMSDF
Warta Ekonomi, Tokyo -

Sebuah laporan memperingatkan China agar tetap waspada terhadap kemungkinan Jepang yang akan melakukan intervensi militer jika terjadi serangan terhadap Taiwan. Jepang dan Amerika Serikat telah membahas skenario tersebut dan membuat rencana untuk mencegah China menggunakan kekuatan untuk mengambil pulau itu.

"Jepang tidak hanya mengeluarkan sinyal melalui tingkat resmi dan individu, tetapi juga mencoba melakukan tindakan tanggapan praktis melalui aliansi Jepang-AS atau sebagian bertindak sendiri di bawah kerangka hukum yang ada," kata makalah yang diterbitkan pekan lalu di jurnal "Asia-Pacific Security and Maritime Affairs".

Baca Juga: Kapal Perusak Amerika Bebas Bermanuver, Selat Taiwan Masih Jadi Hal Sensitif China

Meskipun konstitusi Jepang menolak hak untuk berperang dan publik mungkin enggan untuk terlibat dalam konflik, surat kabar itu mengatakan setidaknya ada tiga skenario yang tersedia. Salah satunya mencantumkan undang-undang keamanan nasional 2015 mengizinkan Pasukan Bela Diri Jepang untuk terlibat.

Keterlibatan Jepang ini bisa dengan memberikan dukungan logistik ke AS. Kemudian bisa menerapkan klausul pertahanan kolektif untuk bergabung dengan AS dalam mempertahankan pulau atau pangkalan AS di Jepang yang diserang.

Laporan yang ditulis oleh peneliti dari Chinese Academy of Social Sciences, Wu Huaizhong, mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir pemerintah Jepang telah mengeraskan pendiriannya.

"Sulit untuk membayangkan bahwa dalam jangka pendek dan menengah di masa depan Jepang akan secara aktif berusaha untuk terlibat dalam perang bencana yang tak terkendali terlepas dari biayanya,” kata artikel itu seperti dilansir abs-cbn mengutip dari South China Morning Post.

Artikel itu menambahkan bahwa lebih mungkin untuk mempertimbangkan memberikan dukungan logistik kepada sekutu daripada terlibat langsung dalam pertempuran. "Pertanyaannya bukan 'apakah' Jepang akan melakukan intervensi, tetapi hanya 'bagaimana' mengintervensi?" tulis artikel itu.

Angkatan Laut Jepang dan AS telah melakukan serangkaian latihan bersama dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan pada pekan lalu telah dilakukan latihan anti-kapal selam pertama di Laut Cina Selatan, sebuah langkah yang dianggap menargetkan Cina.

Sementara itu, peneliti Chna lainnya telah memperingatkan bahwa Jepang mungkin mencoba menggunakan misi penjaga perdamaian PBB untuk menjadi kekuatan utama.

"(China) harus memperhatikan upaya mereka untuk menggunakan peluang seperti itu untuk menghindari Konstitusi Perdamaian," sebuah artikel di situs web Forum Perdamaian Dunia Tsinghua University  oleh peneliti Hu Fangxin dan Zhang Lihua.

Jepang baru mulai mengirim angkatan bersenjata untuk mengambil bagian dalam misi PBB di luar negeri pada 1992. Sejak pembatasan mandat, akses ke senjata dan kegiatan pemeliharaan perdamaian secara bertahap dilonggarkan.

Artikel itu mengatakan operasi ini telah meningkatkan dukungan publik untuk aksi luar negeri, meningkatkan kemampuan negara untuk memproyeksikan kekuatan militer, dan meningkatkan otonomi diplomatiknya.

Undang-undang keamanan nasional 2015 telah memberi Pasukan Bela Diri Jepang hak untuk bergabung dengan operasi pertahanan kolektif dan secara signifikan memperluas mandat mereka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: