Para Diplomat Optimis dalam Pembicaraan Nuklir Iran Teranyar, Kenapa?
Pertemuan di Wina mengakhiri jeda yang dipicu oleh pemilihan Ebrahim Raisi sebagai presiden Iran pada Juni. Pembicaraan tersebut secara efektif merupakan negosiasi tidak langsung antara Teheran dan Washington dengan pejabat lain yang bolak-balik di antara mereka.
Tim perunding Teheran telah menetapkan tuntutan yang dianggap tidak realistis oleh diplomat AS dan Eropa. Iran telah mengambil posisi tanpa kompromi dengan menuntut penghapusan semua sanksi AS dan UE yang diberlakukan sejak 2017, termasuk yang tidak terkait dengan program nuklirnya.
Deputi politik di Kementerian Luar Negeri Iran Bagheri Kani mengatakan Washington dan sekutu Baratnya harus menjamin tidak ada sanksi baru yang akan dijatuhkan di masa depan.
"Semua pihak dalam pertemuan itu menerima permintaan Iran bahwa pertama-tama situasi sanksi AS yang ilegal dan tidak adil harus dibersihkan dan kemudian membahas masalah lain dan memutuskan masalah itu," kata Pemimpin Negosiator Iran ini.
Sedangkan selama panggilan telepon, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Raisi untuk terlibat secara konstruktif untuk memungkinkan kembalinya perjanjian dengan cepat. Dia meminta untuk menjaga komitmen Iran kepada pengawas atom PBB.
Konflik Iran dengan Badan Energi Atom Internasional yang memantau program nuklirnya, telah memburuk. Teheran telah meningkatkan pengayaan uraniumnya.
Badan tersebut mengatakan inspekturnya telah diperlakukan dengan kasar dan menolak akses untuk memasang kembali kamera pemantau di situs yang dianggap penting untuk menghidupkan kembali kesepakatan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto