Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Refly Harun Gencar Bersuara Presidential Threshold Menjadi Nol Persen, Pengamat: Nggak Asyik...

Refly Harun Gencar Bersuara Presidential Threshold Menjadi Nol Persen, Pengamat: Nggak Asyik... Kredit Foto: Instagram/Refly Harun
Warta Ekonomi -

Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKopi Kunto Adi Wibowo memberi tanggapan terkait desakan masyarakat untuk membuat presidential threshold menjadi nol persen.

Seperti diketahui, Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono sempat mendatangi Mahkamah Konstitusi (MK).

Tujuan kedua tokoh tersebut menyampaikan permohonan judicial review terkait pasal 222 UU no 7 tahun 2017 tentang pemilu dan meminta presidential threshold menjadi nol persen.

Baca Juga: Telak! Cuitan Nicho Silalahi: Mereka yang Anti Kemanusiaan Maka Akan Berjibaku Mencap FPI Sebagaiā€¦

"Saya mendukung langkah Bang Refly Harun dan bang Ferry Juliantono untuk membuat ambang batas pencalonan presiden menjadi nol persen," ujar Kunto Adi Wibowo kepada GenPI.co, Kamis (9/12).

Tidak hanya itu, dirinya juga sangat berharap langkah tersebut bisa membuka mata masyatakat dan memberikan edukasi bahwa memilih pemimpin merupakan bagian dari demokrasi.

"Ajakan kepada masyarakat itu saya dukung. Nah, sekarang PR-nya adalah melakukan edukasi politik kepada publik," pungkasnya.

Menurut Kunto Adi Wibowo, presidential threshold tersebut membuat pada calon presiden potensial tidak muncul ke permukaan.

"Demokrasi enggak asyik kalau ada pembatasan calon dan akhirnya calon partai besar aja yang bisa maju," jelasnya.

Baca Juga: Pesan Mendalam Nicho Silalahi untuk FPI: Mengikuti Jalan yang Dilalui para Nabi Itu Berat

Di sisi lain, Pendiri lembaga survei KedaiKopi sekaligus pengamat politik Hendri Satrio juga berpendapat sama. Dirinya juga berharap presidential threshold bisa menjadi nol.

"Jadi kita bisa punya banyak calon presiden dan keindahan demokrasi itu tidak terbatas. Jangan dibatasi, lah, indahnya demokrasi itu," tandasnya.(*)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: