Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mimpi Bangun Negara Visi Demokrasi Sama, G7 Banyak Khawatirkan China

Mimpi Bangun Negara Visi Demokrasi Sama, G7 Banyak Khawatirkan China Kredit Foto: Reuters/Stefan Rousseau
Warta Ekonomi, Liverpool -

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan kelompok negara-negara kaya yang tergabung dalam Kelompok Tujuh (G7) khawatir dengan kebijakan ekonomi koersif Cina. Menurut dia, G7 ingin membangun investasi dengan negara-negara yang memiliki visi demokrasi yang sama.

"Dalam pertemuan pekan ini kami telah menegaskan kami khawatir dengan kebijakan ekonomi Cina yang koersif," kata Truss dalam konferensi pers pertemuan G7 di Liverpool, Minggu (12/12/2021).

Baca Juga: Inggris Jadi Negara Pertama Yang Laporkan Kematian Karena Varian Omricon

"Dan apa yang kami inginkan adalah membangun jangkauan investasi, jangkauan perdagangan ekonomi, pada negara-negara demokrasi berpikiran sama, yang mencintai kebebasan," tambah dia.

Dalam kesempatan yang sama, Truss juga mengatakan Inggris telah memberitahu Iran masih ada waktu untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Namun ini menjadi kesempatan terakhir bagi negosiator Iran untuk mengajukan proposal yang serius ke meja perundingan yang digelar di Wina.

"Ini kesempatan terakhir bagi Iran untuk datang ke meja negosiasi dengan resolusi serius pada isu ini, yang mana telah disepakati dalam ketentuan JCPOA," kata Truss.

"Ini kesempatan terakhir mereka dan sangat penting mereka melakukannya. Kami tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir," tambahnya.

Sementara itu, ASEAN mendorong G7 mempercepat pemulihan sosial ekonomi berkelanjutan dan inklusif untuk pertumbuhan bersama. Hal ini dikatakan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi saat menghadiri pertemuan ASEAN-G7 Foreign and Development Ministers Meeting secara virtual pada Ahad malam waktu Jakarta.

"Pada pertemuan pertama ASEAN-G7, Sekjen ASEAN menegaskan arti penting multilateralisme dan peran institusi multilateral dalam penanganan pandemi. Untuk itu, ASEAN mengajak G7 bekerja sama untuk mempercepat pemulihan sosial ekonomi yang berkesinambungan dan inklusif untuk pertumbuhan bersama," ujar Retno dalam press briefing secara virtual, Ahad.

Retno menambahkan, ASEAN juga menyampaikan apresiasi kepada mitra-mitra, termasuk negara anggota G7, dalam membantu negara anggota ASEAN. Tidak hanya mengatasi pandemi saat ini, tapi juga untuk menghadapi kesehatan darurat pada masa mendatang.

Menurutnya, arti strategis kemitraan ASEAN dan G7 dalam mengatasi tantangan-tantangan global terkini. Dia menegaskan, selama beberapa dekade ASEAN telah menjadi penentu perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan.

Sementara G7 telah menunjukkan kepemimpinan global dalam mengatasi tantangan global.

"Dan saya memberikan penekanan pentingnya kerja sama pada dua hal, yaitu upaya mengatasi pandemi dan pemulihan ekonomi," ujar Retno.

Upaya mengatasi pandemi dilakukan tidak saja pada kesetaraan akses terhadap vaksin. Akan tetapi juga pentingnya membangun arsitektur kesehatan dunia yang lebih kuat.

Sementara mengenai kerja sama mempercepat pemulihan ekonomi, Retno menekankan pentingnya mobilitas bisnis dan rantai pasok global yang aman serta pentingnya mengembangkan arsitektur ekonomi dan finansial global yang inklusif dan berkelanjutan.

"Kemitraan ASEAN-G7 ini dapat menjadi contoh kolaborasi yang baik. Dan kemitraan semacam ini sangat diperlukan dalam membangun dunia yang inklusif, lebih hijau, dan berkelanjutan," ujar Retno.

Pertemuan ASEAN-G7 merupakan inisiatif Inggris selaku ketua G7 tahun ini. Inggris mengusung tema pemulihan ekonomi yang resilien, berkelanjutan, dan inklusif yang dilakukan secara hibrida atau campuran antara fisik dari Liverpool Inggris dan virtual.

Selain ASEAN, Inggris juga mengundang Australia, India, Afrika Selatan, Korea Selatan, Uni Afrika, dan Uni Eropa sebagai tamu dalam pertemuan. Seluruh anggota G7 merupakan mitra ASEAN, baik mitra wicara seperti Inggris, AS, Jepang dan Kanada, maupun mitra pembangunan seperti Prancis, Jerman, dan Italia. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: