Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wacana Koalisi Partai Islam Kurang Greget, Hanya Tes Ombak?

Wacana Koalisi Partai Islam Kurang Greget, Hanya Tes Ombak? Kredit Foto: Antara/Risky Andrianto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Inisiatif Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memimpin poros partai Islam mendapat tanggapan dingin. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang dirangkul, tak serta merta menyambut tawaran tersebut.

Wakil Ketua Umum Bidang Pemenangan Pemilu PKB Jazilul Fawaid alias Gus Jazil mengakui, partai berbasis massa Nahdliyin ini ingin menjadi lokomotif poros koalisi Partai Islam di Pemilu 2024. Gus Jazil terang-terangan mengajak PPP dan PAN bergabung.

Baca Juga: Pemerintah Ngebet Pindah Ibu Kota Maret 2024, Langsung Disemprot PKS

"Memang PKB mau bikin poros sendiri. Masa bercita-cita dilarang? Kami ajak PPP. Harusnya PPP juga mau ikut, karena sama-sama hijau. Tinggal nambah satu lagi. PAN, berangkat sudah, bismillah,” kata Gus Jazil, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Keinginan PKB mendirikan poros karena optimistis dengan koalisi saat ini yang solid, akan mulai berakrobat tahun 2022. 

“Jelang 2024, pasti banyak akrobat politik. Meski sekarang koalisi solid satu barisan. Namun, sebatas strategi saja. Artinya, manuver-manuver jangan yang melampaui batas, apalagi memecah-belah,” ingat Gus Jazil.

Menanggapi gagasan itu, Wakil Ketua Umum PPP Amir Uskara mengapresiasinya. 

“Saya kira semua opsi masih terbuka,” kata Amir.

Menurutnya, PPP hingga kini masih belum ada keputusan resmi soal koalisi. Namun, opsi apa pun, termasuk Poros Partai Islam, sangat mungkin diterima Kabah. 

“Kami dalam posisi tidak mungkin sendirian. Nanti ada rapat khususlah untuk memutuskan ini,” tambahnya.

Meski setuju dengan gagasan Poros Partai Islam, PPP juga membuka kemungkinan poros yang lebih luas, yakni nasionalis dan religius. 

“Karena bagi kami, semua partai sama. Golkar, PKS, PKB, partai oke semua. Sebaiknya koalisi nasionalis religius semuanya berkumpul. Saya kira semua opsi masih terbuka. Komunikasi jalan semuanya,” tuturnya.

Baca Juga: Nahloh... Pengamat Buka-Bukaan Soal Sumber Dana Kaesang yang Ramai, Katanya Bahaya....

Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno mengaku belum tertarik membahas gagasan itu, karena masih fokus konsolidasi internal. Selain itu, partai pimpinan Zulkifli Hasan itu juga sedang membantu masyarakat menghadapi pandemi Covid-19. Namun begitu, PAN terbuka berdialog dengan semua partai. 

“Komunikasi dengan semua partai politik masih berjalan dengan sangat baik. Tapi kami nggak ingin terkesan eksklusif,” tandasnya.

Sementara, Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, poros Islam yang tengah diwacanakan PKB dengan mengajak PPP, PAN dan partai di luar kelompok besar, sekadar penjajakan. 

“Poros Islam ini masih mentah dan belum mengkristal,” kata Karyono kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca Juga: Ramai-Ramai Ingin Habib Bahar Ditangkap, Henry Subiakto Sebut Tidak Bisa...

Menurut Karyono, poros ini bukan barang baru. Satu-satunya yang pernah terjadi adalah pada Pemilu 1999 yang disebut dengan Poros Tengah. Tentu saja, kondisi, nuansa sosial dan peta politiknya amat berbeda dan memungkinkannya lahir. Namun, pada Pemilu setelahnya, wacana PKB hanya gimmick. 

Beberapa kali PKB melontarkan wacana ini, namun tak pernah terbentuk. Pada akhirnya, PKB hanya menjadi pengusung calon presiden dari poros besar yang ada. Alias cuma ikut numpang di koalisi pemerintahan. 

Karyono menilai, soal manuver mengusung Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya target tertinggi. Dia menduga, target sebenarnya adalah tetap di pemerintahan koalisi yang menang. 

“Lalu, apakah dalam Pilpres 2024 PKB sukses membangun poros ketiga dan menjadi Capres atau Cawapres? Tergantung peta politik dua tahun terakhir ini,” ujarnya.

Baca Juga: Habib Bahar Oh Habib Bahar, Belum Lama Keluar Penjara Kini Sudah Dilaporkan ke Polisi Lagi

Dalam perhitungannya, pertarungan bisa menjadi tiga atau lebih poros pada Pemilu 2024, termasuk poros Islam. Pertama, tentu jika Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan pembatalan presidential threshold 20 persen. 

Meski presidential threshold 20 persen berlaku, skenario tiga poros juga masih bisa terjadi. Yakni poros rezim, poros kontra rezim, dan poros ketiga yang diinisiasi PKB. Untuk poros ketiga ini, syarat berikutnya adalah adanya sosok yang elektabilitasnya tinggi sebagai capres.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Adrial Akbar

Bagikan Artikel: