Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rektor IPB University Tunjukkan Fakta Sawit Indonesia kepada 11 Duta Besar Uni Eropa

Rektor IPB University Tunjukkan Fakta Sawit Indonesia kepada 11 Duta Besar Uni Eropa Kredit Foto: Antara/Bayu Pratama S
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rektor IPB University, Arif Satria perlihatkan praktik sustainable perkebunan sawit Indonesia kepada 11 Duta Besar Uni Eropa. Dalam Webinar Himpunan Alumni IPB University, (16/12), Arif mengatakan bahwa selama ini perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sustainability.

“Bukti-bukti di lapangan sudah ada. Oleh karena itu, saya berharap dengan seminar ini, semakin banyak inspirasi-inspirasi dan gagasan yang dapat dituangkan dalam bentuk kebijakan ataupun agenda riset,” ujarnya dalam kegiatan yang menjadi rangkaian dari Musyawarah Nasional (Munas) VI Himpunan Alumni IPB University ini.

Baca Juga: Benarkah Kehilangan Biodiversitas Paling Tinggi Disebabkan Sawit?

Menurutnya, sawit merupakan komoditas unggulan Indonesia sehingga ekspornya pun terbesar di dunia. "IPB University terus hadir dengan inovasi-inovasi yang luar biasa. IPB University sudah punya katalis yang menjadikan bahan sawit sebagai energi seratus persen (B100). Selain itu, IPB University juga telah menghasilkan inovasi dari hasil turunan sawit menjadi biomaterial,” jelasnya.

Ia menambahkan, turunan sawit yang dihasilkan adalah rompi anti peluru, hand sanitizer organik hingga helm ramah lingkungan.

“Di hulunya, teknologi sudah semakin berkembang. Bekerja sama dengan PT Pupuk Kaltim, melalui teknologi 4.0, kita kembangkan perkebunan sawit secara presisi. Teknologi pemupukannya lebih baik dan sudah diaplikasikan di berbagai tempat. Riset pun terus berlangsung, termasuk sistem logistiknya yang menggunakan sistem blockchain dan monitoring biodiversitynya,” jelasnya.

Sementara itu, Ir Fathan Kamil (Ketua Umum HA IPB University) menyampaikan bahwa acara ini adalah bagian dari kontribusi aktif para alumni dalam penguatan kebijakan sektor penting yaitu sawit.

“Kami ingin membangun daya saing yang kuat. Semoga webinar ini dapat memberikan kontribusi yang positif dalam memperkuat basis kebijakan negara ke depan. Bisa menghadirkan konsolidasi buat para pelaku dan stakeholders di bidang industri sawit ini,” ujarnya.

Dr IMusdhalifah Machmud, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ikut menambahkan bahwa salah satu komoditas pertanian yang mampu bertahan dalam pandemi COVID-19 adalah sawit.

“Industri sawit Indonesia mampu menyerap tenaga kerja 16,2 juta orang. Dari statistik perekonomian, komoditas sawit berkontribusi 3.5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), menurunkan inflasi 1,75 persen dan jumlah belanja negara 1,74 persen. Sawit juga membuat neraca perdagangan positif dan menjadi produk ekspor terbesar non migas,” ujarnya.

Oleh karenanya, lanjutnya, sektor kelapa sawit yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional perlu dikawal. Tidak hanya oleh pemerintah akan tetapi oleh semua stakeholder, termasuk IPB University.

Menurutnya, kelapa sawit juga dapat mewujudkan kemandirian energi nasional melalui mandatori biodiesel. Bisa menghemat devisa dan mengurangi impor solar hingga 38 triliun rupiah. Dalam lingkup global, Indonesia menguasai pangsa pasar sebesar 58 persen. Industri sawit dalam negeri juga mampu menghasilkan 160 ragam jenis produk hilir. Dan akan terus ditingkatkan dengan inovasi-inovasi yang memiliki nilai tambah tinggi

“Indonesia menghasilkan 40 persen dari total minyak nabati dunia. Hilirisasi sawit juga masih menjadi tantangan. Tantangan internasional adalah maraknya kampanye negatif terkait sawit serta kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Uni Eropa.

Selain itu, Dr Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ikut hadir dalam acara ini.

“Potensi limbah sawit mampu menghasilkan listrik sebesar 8.730 MW. Sawit juga bisa dikembangkan sebagai Compressed Biomethane Gas (CBG). Sawit untuk bahan bakar nabati (biofuel) potensinya mencapai 34 juta kilo liter. Sementara untuk biomass power plant, potensinya mencapai 13,273 dan biogas mencapai 1.785 MW,” jelasnya.

Materi terkait strategi pengembangan industri kelapa sawit secara berkelanjutan dikupas oleh Ir Sucipto Prayitno, MM, Direktur PT Perkebunan Nusantara IV. Dan untuk topik percepatan dan penguatan nilai tambah (hilirisasi) produk kelapa sawit Indonesia, hadir oleh Prof Erliza Hambali, MS, Pakar Hilirisasi Industri Kelapa Sawit IPB University.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: